Rabu 06 Apr 2022 13:24 WIB

Menlu: Indonesia Pertimbangkan Beri Bantuan Pangan untuk Ukraina

Ketersediaan pangan di Ukraina dilaporkan kian menipis.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah) mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi I DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Raker itu membahas pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia di Ukraina, Diplomasi Indonesia terkait konflik Rusia dan Ukraina, serta meminta keterangan Kementerian Luar Negeri terkait Special Procedures Mandate Holders (SPMH) mengenai sejumlah kasus dugaan penghilangan paksa, penggunaan kekerasan berlebihan, penyiksaan, dan pemindahan paksa di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah) mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi I DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Raker itu membahas pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia di Ukraina, Diplomasi Indonesia terkait konflik Rusia dan Ukraina, serta meminta keterangan Kementerian Luar Negeri terkait Special Procedures Mandate Holders (SPMH) mengenai sejumlah kasus dugaan penghilangan paksa, penggunaan kekerasan berlebihan, penyiksaan, dan pemindahan paksa di Provinsi Papua dan Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, mengungkapkan bahwa Indonesia mempertimbangkan akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada Ukraina menyikapi situasi perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Adapun bantuan kemanusiaan yang dimaksud berupa bantuan pangan.

Retno mengatakan, wakil menteri luar negeri Ukraina dalam satu kesempatan menyampaikan bahwa ketersediaan pangan di Ukraina kian menipis. Karena itu Ukraina juga telah meminta bantuan kemanusian kepada semua negara termasuk Indonesia terutama dalam bentuk bahan pangan.

Baca Juga

"Demi kemanusiaan, Indonesia sedang mempertimbangkan memberikan bantuan kemanusian untuk rakyat Ukraina," kata Retno dalam rapat kerja dengan Komisi I, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/4).

Selain itu Indonesia juga mengharapkan agar perundingan antara kedua belah terus diintensifkan guna mencari penyelesaian damai. Retno menuturkan gencatan senjata diperlukan agar bantuan kemanusian dapat diberikan. "Dengan izin pimpiman anggota perundingan detail kami terus pantau dan komunikasikan dengan pihak-pihak terkait, kami siap menyampaikan dalam forum tertutup," ucapnya.

Dalam rapat kerja hari ini, Retno juga  menyampaikan informasi terkini terkait upaya evakuasi yang dilakukan pemerintah terhadap warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Ukraina. Retno mengatakan dari total 165 orang yang berada di Ukraina, 133 telah berhasil keluar dari Ukraina.

"Kita patut bersyukur bahwa per hari ini semua WNI yang ingin dievakuasi telah dievakuasi dan telah tiba di Indonesia dengan selamat. Total WNI di Ukraina adalah 165 orang. Jumlah WNI yang telah keluar dari Ukraina adalah 133 orang," kata Retno dalam rapat kerja dengan Komisi I  di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/5).

Retno merinci, sebanyak 80 orang telah dievakuasi menggunakan pesawat evakuasi ke Indonesia. Kemudian sebanyak lima orang telah dievakuasi ke bucharest namun memilih pulang ke negara residensinya yaitu Rusia, Turki , Denmark, dan Qatar.

Kemudian sebanyak 34 orang lainnya  dipulangkan ke Indonesia melalui beberapa gelombang evakuasi lanjutan. Sebanyak 12 orang melakukan evakuasi mandiri ke berbagai negara, dan 2 orang yang tidak melakukan lapor diri telah dikonfirmasi berada di Indonesia. "Masih terdapat 32 WNI yang memilih tinggal di Ukraina. 23 orang memilih tinggal dengan berbagai alasan pribadi, termasuk alasan keluarga, dan sisanya staf KBRI," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement