REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen memulai peletakan batu pertama. Mencakup DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, pembangunan jalan tol diharapkan mampu menggunakan produk-produk dalam negeri dan tenaga-tenaga produktif lokal.
Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol, Triono Junoasmono mengatakan, Jalan Tol Yogyakarta-Bawen akan dibangun dengan total panjang 75,82 kilometer. Sepanjang 67,05 kilometer akan berada di Jawa Tengah dan 8,77 kilometer berada di DIY.
Tol Yogyakarta-Bawen terdiri atas enam seksi. Seksi satu Sleman-Banyurejo, seksi dua Banyurejo-Borobudur, seksi tiga Borobudur-Magelang, seksi empat Magelang-Temanggung, seksi lima Temanggung-Ambarawa dan seksi enam Ambarawa-Bawen.
Memiliki empat simpang susun, satu junction, dibangun dengan masa konsesi 40 tahun. Untuk pembebasan lahan, ia mengungkapkan, seksi satu telah mencapai 92,28 persen. Ditarget selesai konstruksi pada 2023 dan secara keseluruhan pada 2024.
"Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen ini diharapkan meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antarwilayah, mendukung pengembangan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata Triono di Sanggrahan, Tridadi, Mlati, Sleman, Rabu (30/3/2022).
Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji menekankan, Pemda DIY memberikan dukungan penuh pembangunan Tol Yogyakarta-Bawen, yang mana menjadi proyek strategi nasional. Ia berharap, warga DIY senantiasa bisa mendukung pembangunan jalan tol yang ada.
Baskara mengingatkan, yang terpenting pemerintah dan masyarakat bisa bekerja sama untuk pembangunan. Karenanya, ia menyampaikan terima kasih kepada warga terdampak atas kerelaan dan kontribusi selama ini dalam pembebasan lahan.
"Mari kita lanjutkan kerja bersama ini dengan penuh kekeluargaan dan berprinsip kepada nilai-nilai keadilan, besar harapan pembangunan dapat menggunakan tenaga tenaga produktif DIY dan Jawa Tengah," ujar Baskara.
Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Hedy Rahadian berpendapat, pembangunan Jalan Tol akan memberikan insentif bagi DIY untuk memperkuat posisi dalam industri. Khususnya wisata, yang sekarang tumbuh berekmabng dan baik serta industri MICE.
Ia menilai, peletakan batu pertama pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen ini merupakan sebuah selebrasi. Sebab, dilakukan di daerah-daerah yang memiliki sejarah hebat sekaligus sebagai penanda dimulai peradaban baru yang luar biasa.
Hedy berharap, dapat dibangun sebuah tol yang zero accident, bagus dan indah. Jadi, perlu dipahami daerah yang memang rawan dengan bencana, tapi banyak pula mata-mata air yang harus ditangani dengan baik demi menjaga keseimbangan alam.
Selain itu, Hedy mengingatkan, pembangunan akan melewati beberapa aliran lahar dingin dari Gunung Merapi. Karenanya, memang harus bergerak cepat, tapi harus pula memperhatikan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan dampak yang tidak bagus.
Hedy berharap, terutama kepada konsorsium, untuk mampu melibatkan tenaga-tenaga kerja lokal sebanyak mungkin dalam pembangunan. Termasuk, menjaga kelestarian kawasan heritage, menaati protokol bila sampai menemukan peninggalan sejarah.
Dengan investasi yang cukup besar Rp 14 triliun plus tanah Rp 7 triliun lebih, seharusnya proyek ini memberikan suntikan ekonomi kepada Jateng dan DIY. Maka itu, ia turut meminta penggunaan produk-produk dan tenaga-tenaga dalam negeri.
"Gunakanlah produk dalam negeri, gunakan produk lokal sebanyak mungkin, gunakan tenaga lokal sebanyak mungkin, sehingga memang dampak kepada daerah-daerah yang dilalui jalan tol ini memang betul-betul terasa dengan kuat," kata Hedy.