Senin 28 Mar 2022 15:26 WIB

Dianggap tak Empati kepada Rakyat Saat Krisis Minyak Goreng, Ini Respons Megawati

Megawati hari ini hadir dalam acara Demo Memasak tanpa Minyak Goreng,

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Megawati Soekarnoputri hari ini menghadiri acara Demo Masak tanpa Minyak Goreng di Jakarta.
Foto: BPIP
Megawati Soekarnoputri hari ini menghadiri acara Demo Masak tanpa Minyak Goreng di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, menanggapi kritik publik yang menyebut dirinya tak berempati terhadap langkanya minyak goreng. Ia menjelaskan, pernyataan tersebut dimaksudkan agar para ibu-ibu dapat memastikan asupan gizi anak dan keluarganya.

Ia menjelaskan, stunting merupakan salah satu permasalahan besar di Indonesia. Sedangkan masakan yang digoreng dinilainya tak cukup untuk memenuhi gizi masyarakat, tetapi bukan maksudnya untuk melarang masyarakat menggunakan minyak goreng.

Baca Juga

"Ketika saya hanya dibilang seorang pemimpin yang katanya mengatakan untuk wong cilik, tapi seperti tidak empati terhadap masalah minyak, bukannya demikian. Karena saya ingin menerangkan kembali bahwa makanan itu harus bermanfaat bagi siapa? Bagi kita dan keturunan kita," ujar Megawati dalam acara Demo Memasak tanpa Minyak Goreng, Senin (28/3).

Megawati pun menceritakan momen ketika ia menjadi rakyat biasa. Saat itu, ia harus mencari pengganti lain dari susu untuk anaknya yang masih kecil.

"Saya pernah menjadi rakyat biasa setelah ayah saya dilengserkan, jadi ketika mungkin membeli antara susu, apa yang harus bisa dibuat menjadi vitamin pengganti susu. Apa yang saya lakukan? Saya suruh anak-anak saya, saya rebuskan kacang hijau tiap hari minum," ujar Megawati.

Kendati demikian, pernyataan tersebut bukan berarti ia melarang masyarakat menggunakan minyak goreng. Namun, ia menjelaskan ada alternatif komoditas pangan untuk membuat asupan gizi generasi muda tercukupi.

"Jangan dimatikan ibu-ibu itu seperti itu hak saya memakai minyak goreng, terserah, terserah, saya tidak melarang. Tetapi merasa saya sangat prihatin, kata prihatin itu kalau anak-anak sampean tidak sehat lahir batin, tidak cerdas," ujar presiden kelima Republik Indonesia itu.

Stunting dinilai menjadi masalah yang harus diatasi oleh pemerintah sampai habis. Sebab, kalau permasalahan tersebut tak teratasi, Indonesia Emas pada 2045 merupakan tujuan yang sulit tercapai.

"Saya sampai suka bilang waktu Pak Jokowi bilang kita akan menjadi Indonesia emas tahun 2045, kenapa beliau sampai menugasi masalah stunting, beliau sendiri sudah mengatakan ada penurunan. Saya mengatakan kepada beliau, 'Pak jangan nyenengin dulu ada penurunan. Kalau saya stunting anemia harus nol', itu target saya bilang, berarti itu kita bisa masuk ke Indonesia Emas," ujar Megawati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement