Sabtu 19 Mar 2022 20:19 WIB

Epidemiolog Rekomendasikan Cakupan Vaksinasi Covid-19 Ditambah Jadi 100 Persen

Varian baru seperti Delta maupun Omicron jauh lebih menular dibandingkan varian asal

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Tenaga kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada warga saat vaksinasi booster COVID-19 di Sentra Vaksin Hippindo SMESCO, Jakarta, Jakarta, Senin (7/3/2022). Menurut data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per Sabtu (5/3), sebanyak 11.942.963 (11,94 juta) penduduk Indonesia telah menjalani vaksinasi ketiga, sementara pemerintah masih menargetkan 208.265.720 orang sebagai sasaran vaksinasi COVID-19 guna membentuk kekebalan kelompok terhadap infeksi virus COVID-19.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Tenaga kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada warga saat vaksinasi booster COVID-19 di Sentra Vaksin Hippindo SMESCO, Jakarta, Jakarta, Senin (7/3/2022). Menurut data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per Sabtu (5/3), sebanyak 11.942.963 (11,94 juta) penduduk Indonesia telah menjalani vaksinasi ketiga, sementara pemerintah masih menargetkan 208.265.720 orang sebagai sasaran vaksinasi COVID-19 guna membentuk kekebalan kelompok terhadap infeksi virus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo merekomendasikan cakupan vaksinasi Covid-19 tak cukup hanya 70 persen melainkan ditambah hingga 100 persen. Sebab, muncul varian baru yang lebih menular dibandingkan varian awal.

"Dulu saat varian Wuhan, Cina, memang cakupan vaksinasi sebesar 70 persen cukup untuk (tercapainya) kekebalan komunitas (herd immunity). Namun, sekarang tak cukup karena varian baru seperti Delta maupun Omicron jauh lebih menular dibandingkan varian asal dari Wuhan," katanya di sebuah konferensi virtual, Sabtu (19/3/2022).

Baca Juga

Jadi, dia melanjutkan, cakupan vaksinasi harus dikejar. Sebab, tarhet sasaran yang mendapatkan vaksin Covid-19 dosis kedua belum banyak masih 70 persen lebih. Apalagi, ia mengingatkan Indonesia dikuasai oleh Omicron dan berita buruknya anak Omicron yaitu BA.2 yang ternyata lebih menular juga sudah ada di Indonesia. Bahkan, ia mencatat BA.2 sudah ada di seluruh provinsi Jawa. Kendati demikian, Windhu mengatakan permulaan terjadi infeksi hingga timbulnya reaksi (patogenitas) BA.2 tak jauh berbeda dengan Omicron.

Ini terbukti dengan tren kasus Covid-19 di Indonesia yang kini turun. Padahal, dia menyebutkan BA.2 yang terjadi di negara lain seperti Hong Kong, Korea Selatan membuat kasus Covid-19 kembali naik.

"Jadi, kita tak usah khawatir. Yang penting menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.

Sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 melaporkan jumlah warga Indonesia yang telah menerima dosis vaksin Covid-19 secara lengkap mencapai 148,02 juta jiwa hingga Senin (7/3/2022), pukul 12.00 Wib. Jumlah itu setara dengan 71,07 persen dari total sasaran.

Perinciannya berdasarkan data Satgas Covid-19 yang diterima di Jakarta Senin, jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan dua dosis vaksin Covid-19 per hari ini bertambah 163.040 menjadi 148.021.351 orang. Sementara itu, jumlah penerima vaksin dosis pertama yang tercatat hari ini sebanyak 65.273 jiwa.

Dengan tambahan tersebut, maka jumlah penerima vaksinasi dosis pertama kini menjadi 192.068.763 jiwa. Adapun, total vaksinasi untuk dosis ketiga hari ini bertambah 82.013 jiwa menjadi 12.487.116 orang. Pemerintah berencana memvaksinasi sebanyak 208.265.720 juta orang.

Dengan demikian maka tercatat, suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 sudah diberikan pada 92,22 persen dari total 208.265.720 warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19. Sementara warga yang sudah selesai menjalani vaksinasi dosis lengkap meliputi 71,07 persen dari total sasaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement