REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah Romeo and Juliet mengingatkan kita tentang sebuah kisah cinta yang berakhir tragis. Mengapa tidak?
Juliet yang hendak mengirimkan pesan penting kepada Romeo, bahwa ia akan memalsukan kematiannya untuk dapat bertemu lagi dengan Romeo, tidak tersampaikan tepat pada waktunya. Malangnya akhir kisah cinta mereka, ketika pesan Juliet tidak tersampaikan tepat waktu kepada Romeo, membuat Romeo percaya bahwa Juliet telah mati.
Romeo tak kuasa dengan keadaan tersebut sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di samping makam palsu Juliet. Juliet pun bangun dan melihat jasad Romeo telah terkapar tak bernyawa di sebelahnya. Hancurnya hati Juliet membuat ia memutuskan untuk bunuh diri, menyusul kepergian sang kekasih tercinta.
Dari kisah diatas, yang dipaparkan oleh Dr. Firsan Nova sebagai pakar komunikasi krisis dalam undangan Webinar yang bertemakan ‘Crisis Communication in Network Society’, menekankan pentingnya media sebagai alat komunikasi ditengah situasi krisis. Tak hanya sekedar memaparkan materi saja, beliau juga turut mendapatkan beberapa pertanyaan dari 150 lebih partisipan yang berada di platform Zoom Meeting (Jumat, 18 Maret 2022, pukul 09.00 WIB).
Dr. Firsan Nova mengaitkan krisis komunikasi dengan isu-isu terkini seperti Covid-19. Ditengah pandemi atau krisis kesehatan yang terjadi di seluruh dunia, khususnya Indonesia, banyak penyebaran disinformasi atau informasi Hoax yang terjadi cenderung menggunakan platform media sosial.
“Isu hoaks vaksin Covid-19 di media sosial sangat banyak. Temuan Kominfo mencatat ada 2.655 konten yang tersebar di platform media sosial. Mulai dari instagram, twitter, facebook, apalagi tiktok hingga youtube yang menjadi tontonan anak saya. Isu hoax ini cenderung menargetkan kalangan millenial dan gen Z untuk dikonsumsi dan dipercaya sehingga mereka cenderung takut untuk di vaksin dan banyak alasan lainnya. Namun focus utamanya mengapa mereka menggunakan platform media terkini? Hal tersebut terjadi seiringan dengan perkembangan zaman.” papar Dr. Firsan Nova selaku CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/3/2022).
Mengikuti perkembangan teknologi menjadi kunci dari keberhasilan sebuah komunikasi ditengah krisis yang terjadi. Perkembangan teknologi mengharuskan kita terus beradaptasi dengan kebudayaan baru untuk menciptakan menu-menu terbaru dalam berkomunikasi.
Namun yang pada intinya dasar komunikasi pesan atau interpersonal communication tidak akan tergantikan. Bagaimana tidak, ketika di zaman semakin modern teori komunikasi pesan cenderung melemah.
Konsep tentang apa pesan yang hendak disampaikan kepada siapa dan pada waktu kapan dan dimana melalui media apa serta cara apa yang hendak digunakan harus semakin diperkuat.
“Seperti kata Justin Timberlake dalam film Social Network, “Past time people life in the village, yesterday in the city and now people life in the internet”. Dahulu masyarakat hidup di zaman yang serba susah, media komunikasi sangat terhambat seperti penggunaan surat melalui kantor pos. Hal ini perlu beberapa waktu (mungkin dua-tiga hari atau bahkan seminggu atau bahkan berbulan-bulan) agar pesan yang kita tersampaikan kepada orang yang kita tuju. Dan saya sepakat dengan Justin Timberlake yang dimana menyampaikan manusia sekarang hidup ditengah kecepatan internet (sebentar lagi 5G Jaringan kita). Perlu adanya perkembangan teknologi yang kita implementasikan dalam upaya menyampaikan pesan ditengah krisis yang terjadi misalnya menggunakan platform media sosial seperti isu Covid-19 saat ini,” paparnya.