Kamis 03 Mar 2022 17:24 WIB

Epidemiolog : Tetap Waspada dengan Varian Baru Covid-19

Potensi BA.2 ini merugikan tetap ada.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Masyarakat diminta waspada dengan varian baru turunan Omicron.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Masyarakat diminta waspada dengan varian baru turunan Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan, pandemi belum berakhir dan harus selalu waspada dengan varian baru Covid-19, termasuk subvarian Omicron BA.2 yang kerap dijuluki "Son of Omicron". Kementerian Kesehatan telah mendeteksi sekitar 252 kasus BA.2 di Indonesia.

"Potensi BA.2 ini merugikan tetap ada, kita tak bisa menjamin varian baru ini bisa kita kendalikan, masyarakat harus tetap waspada," kata Dicky saat dikonfirmasi, Kamis (3/3/2022).

Baca Juga

Untuk antisipasi BA.2 yang sudah menyebar adalah dengan tetap memperkuat pintu masuk negara. Menurut Dicky aturan kekarantinaan serta skrining harus tetap dilakukan.

"Apa itu skrining ya bahwa setiap orang yang masuk pintu negara, harus membawa hasil tes negatif PCR 24 jam, sebelum kedatangan dipastikan bahwa orang itu juga tidak bergejala ketika di datang dari bandara kepergian maupun ketibaan," tutur Dicky.

Maka, dia menegaskan, upaya mitigasi perlu masyarakat tingkatkan. "Ini bicara ketaatan kita dalam disiplin protokol kesehatan 5M, penguatan deteksi dini ditingkatkan, dan tentu akselerasi vaksinas lebih dari 70 persen itu yang harus kita lakukan," tegas Dicky.

Kementerian Kesehatan RI mendeteksi sekitar 252 kasus BA.2 atau dikenal Son of Omicron yang merupakan varian mutasi Covid-19 dari Omicron di Indonesia. Jumlah tersebut berdasarkan pengamatan kasus hingga Februari 2022.

"Terkait varian BA.2 sebenarnya kita sudah mendeteksi varian ini. Kalau kita lihat jumlah varian BA.2 yang saat ini sudah bisa deteksi itu sekitar 252 varian," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi.

Nadia mengatakan varian BA.2 memiliki karakteristik lebih cepat menular, juga meningkatkan keparahan pasien yang terpapar. Tapi, varian tersebut dipastikan belum mendominasi di Indonesia.

"Dari pola yang ada hingga saat ini memang tak hanya di Indonesia, tapi di dunia 90 persen itu Omicron didominasi BA.1," katanya.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI cum Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, bentuk virus Omicron yang dominan di dunia dan Indonesia saat ini adalah BA.1. Namun dalam perkembangan beberapa waktu terakhir jenis BA.2 sudah terlihat banyak dianalisa.

"Angkanya rata-rata BA.2 dunia mencapai 21,09 persen dari semua Omicron. jadi satu dari lima Omicron di Dunia sekarang adalah jenis BA.2. Tapi sudah ada beberapa negara yang jenis BA.2 dominan lebih dari 50 pers," kata Tjandra.

Saat ini , lanjut Tjandra, peneliti masih mempelajari dampak dari varian BA.2. Namun dari penemuan saat ini memang dikenal lebih menular dari BA.1 yang saat ini dominan.

Hingga kini, juga belum ada bukti apakah BA.2 menimbulkan sakit yang berat, lanjut Tjandra. Karena dari hasil publikasi masih belum menunjukan hasil yang solid. Hal ini dari hasil data dari Afrika Selatan, Inggris, Denmark yang menunjukan tingkat beratnya sakit sama antara BA.1 dengan BA.2.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement