Jumat 25 Feb 2022 19:18 WIB

Dasco: Adzan Sudah Jadi Budaya di Indonesia

Politisi Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menilai adzan sudah menjadi budaya di Indonesia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Ketua DPR dari Fraksi Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan adzan sudah menjadi budaya di Indonesia
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Ketua DPR dari Fraksi Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan adzan sudah menjadi budaya di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kebijakan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menerbitkan surat edaran terkait aturan penggunaan toa di masjid dan musolah untuk mengumandangkan adzan terus menuai kontroversi. Walaupun Yaqut sempat menjelaskan, dia tidak melarang penggunaan toa oleh masjid ataupun mushala, tapi hanya mengatur besar volume.

Hal tersebut mendapat tanggapan dari Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Menurutnya, suara adzan itu indah. Karena itu, tidak tepat jika suara adzan dibanding-bandingkan dengan suara lainnya.

Baca Juga

"Jika suara adzan dianggap sebagai gangguan, saya pikir itu berlebihan. Suara adzan itu indah dan bermakna, menjadi semacam budaya di Indonesia," ujar Dasco kepada wartawan, Jumat (24/2/2022).

Menurut Dasco, adzan di Indonesia sudah menjadi budaya karena dikumandangkan 5 kali sehari dengan durasi 1 sampai 1,3 menit. Suara azan mengingatkan dan memanggil umat Islam untuk bergegas menlaksanakan shalat. Hal itu dikategorikan sebagai kearifan dan cagar budaya dalam hidup bertoleransi antar umat beragama di Indonesia.

"Tidak bisa disamakan dengan suara apa saja, apalagi dianggap sebagai suara yang mengganggu," katanya.

Dasco pun mengajak semua pihak untuk memaknai toleransi dengan baik. Semua pihak saling menghormati dan menghargai sesama anak bangsa dan sesama umat beragama.

"Untuk itu, di tengah keberagaman yang kita miliki, saya mengajak kepada semua pihak untuk memaknai toleransi dengan baik. Mari kita pertebal semangat persatuan, saling menghormati dan saling menghargai sesama anak bangsa dan juga antarumat beragama," paparnya.

Sementara menurut Sekretaris DPD Partai Gerindra Jabar Abdul Haris Bobihoe, gema adzan sebagai dakwah dalam arti ajakan atau panggilan melakukan shalat berjamaah. Maka adzan sangat penting dikumandangkan untuk mengingatkan bahwa waktu salat telah masuk sehingga penggunaan pengeras suara menjadi penting agar radius gema adzan terdengar luas.

"Coba saat adzan berkumandang, hayati dan resapi. Sangat indah. Ini ajakan kebaikan. Jadi kalau pun keras, tidak mengapa. Tinggal koordinasikan antarwarga," katanya.

Haris mengatakan, dakwah atau syiar Islam dalam adzan adalah suatu bentuk kegiatan menyampaikan pesan yang terkandung dalam lafadz-lafadnya. Lafadz adzan sebagai bentuk syiar Islam yaitu seperti lafadz hayya alash sholah yang artinya marilah sembahyang (sholat) dan hayya alal falah mari menuju kemenangan.

"Maksud dari lafadz tersebut adalah suatu ajakan kepada seluruh umat manusia untuk menunaikan salat agar mendapatkan kemenangan di dunia dan di akhirat," katanya.

Haris mencontohkan tradisi unik yang hingga saat ini tetap lestari di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, di Kawasan Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Setiap shalat Jumat, lantunan adzan tidak dilakukan hanya satu orang, melainkan tujuh orang sekaligus secara bersamaan, yang dikenal dengan tradisi adzan pitu.

"Tradisi ini berawal saat Syarif Hidayatullah memerintahkan tujuh orang warga untuk adzan secara bersamaan. Perintah itu muncul untuk memerangi wabah penyakt yang melanda sejumlah warga Cirebon sekitar keraton. Setelah adzan pitu, warga yang sakit sembuh dan penyakit itu hilang. Jadi, adzan juga punya makna lain," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement