REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sinta Saptarina Soemiarno mengatakan peningkatan bisnis online store selama masa pandemi Covid-19 berdampak langsung pada peningkatan jumlah sampah plastik di rumah tangga.
"Meningkatnya pemakaian kemasan, pembungkus, bubble wrap dan kantong plastik itu pada saat pengemasan dan pengiriman barang-barang," katanya dalam acara webinar bertajuk "Plastic Credit, Gagasan Baru Solusi Pengurangan Sampah Plastik?" yang diikuti di Jakarta, Kamis (24/2/2022).
Ia mengatakan berdasarkan hasil riset Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI 2020 mengenai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work from Home (WFH) terhadap sampah plastik di Jabodetabek pada April-Mei 2020 menunjukkan fakta bahwa belanja dalam jaringan (daring) atau online berbentuk paket meningkat 62 persen dan belanja daring berbentuk layanan antar-makanan siap saji naik 47 persen.
"Frekuensi belanja online yang tadinya cuma sekali sebulan, naik menjadi satu hingga 10 kali per bulan," kata Sinta Saptarina Soemiarno dan menambahkan kemudian 96 persen paket belanja daring dibungkus dengan plastik.
Sementara Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati menambahkan gaya hidup masyarakat yang ingin serba praktis berdampak pada tingginya penggunaan plastik sekali pakai. "Hal ini didorong oleh perubahan gaya hidup atau lifestyle dan pola konsumsi masyarakat Indonesia memang ingin-nya praktis sehingga banyak menggunakan plastik sekali pakai," katanya.
Pihaknya mencatat pada tahun 2021, sampah nasional diperkirakan mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah tersebut, terdapat peningkatan jumlah sampah plastik dari 11 persen di tahun 2010 menjadi 17 persen pada 2021.
"Persoalan sampah belum selesai bahkan semakin kompleks dengan magnitude yang semakin besar," demikian Rosa Vivien Ratnawati.