Kamis 24 Feb 2022 15:30 WIB

Profesor IPB: Luas Hutan di Jawa Tinggal 17 Persen, pada 1990 Masih 26 Persen

Luas hutan di Pulau Sumatra pada periode sama turun dari 45 persen menjadi 27 persen.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah warga bersepeda di Hutan Kota, kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Ahad (9/1/2022).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sejumlah warga bersepeda di Hutan Kota, kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Ahad (9/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Akademisi Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB University, Prof Muhamad Buce Saleh menyatakan, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan luas tutupan hutan di Pulau Jawa hingga 2020 hanya tinggal 17 persen. Angka itu turun dari sebelumnya 26 persen pada 1990.

"Luasan tutupan hutan Indonesia terus menurun, terutama di Pulau Jawa dan Sumatra," kata Buce saat menyampaikan ringkasan orasi ilmiah kepada media massa secara virtual di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/2/2022), menjelang pengukuhannya sebagai salah satu guru besar tetap di fakultas masing-masing dalam sidang Dewan Guru Besar IPB University.

Baca Juga

Buce menjelaskan, di Pulau Jawa tutupan hutan pada 1990 mencapai 26 persen dan pada 2020 turun menjadi 17 persen. Sedangkan di Pulau Sumatra pada periode yang sama turun dari 45 persen menjadi 27 persen. Buce menyampaikan, orasi ilmiahnya berjudul 'Peran Kunci Perencanaan Spasial Dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Indonesia: Teori Pengambilan Keputusan Berbasis Spasial'.

Dia menjelaskan, hutan menjadi salah satu kunci pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Tetapi, dalam praktik pengelolaannya muncul banyak permasalahan, seiring dengan perkembangan penduduk dan tuntutan pembangunan, dampaknya luasan hutan terus berkurang.

Buce meneliti apakah dengan terus menurunnya tutupan hutan maka sumber daya hutan (SDH) juga menurun dan bahkan bisa punah? Menurut dia, menjawab hal itu, tidak cukup hanya menerapkan teknologi, tapi dibutuhkan pengetahuan dari beberapa bidang ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan politik.

Buce menjelaskan, penerapan ilmu dan teknologi penginderaan jauh (remote sensing), sistem informasi geografis (SIG), dan teori pengambilan keputusan, akan sangat menunjang perencanaan spasial SDH. Perkembangan penelitian dalam inventarisasi hutan berbasis penginderaan jauh, kata dia, telah mencapai banyak hal.

Hal itu mulai dari dari perbaikan teknik klasifikasi, degradasi hutan dan deforestasi, pendugaan parameter tegakan, estimasi kandungan karbon dan biomassa hutan, pendugaan produktivitas hutan dan pertumbuhan hutan, serta kajian segmentasi berdasarkan objek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement