REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Semua rumah sakit di Jawa Tengah diminta siaga untuk mengantisipasi lonjakan kasus aktif Covid-19, terutama karena penyebaran kasus omicron. Kabupaten dan kota juga diminta menyiapkan skenario seperti halnya penanganan ledakan kasus Covid-19 varian delta pada pertengahan tahun 2021, lalu.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan, meyusul tren kenaikan kasus aktif di Jawa Tengah akhir- akhir ini, sejumlah rumah sakit mulai dihuni kembali oleh pasien yang terpapar Covid-19. “Hari ini saya mengecek ke RSUD Tugurejo, Semarang saat ini tingkat hunian tempat tidur (BOR) untuk penanganan Covid-19 sudah terisi 59 persen,” ungkapnya di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (16/2/2022).
Kendati begitu, jelas Ganjar, rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini telah dipersiapkan berbagai hal jika angka BOR terus mengalami lonjakan. Ia melihat semuanya sudah dipersiapkan, termasuk dengan penambahan tempat tidur seandainya nanti terjadi peningkatan jumlah pasien Covid-19.
“Maka, yang ingin saya tekankan semua harus siaga dan siap dengan skenario seperti saat ledakan kasus varian delta dulu,” kata dia.
Secara umum, jelas gubernur, untuk BOR rumah sakit di Jawa Tengah masih cukup aman, baru sekitar 30 persen. Namun BOR sekarang berbeda dengan BOR saat terjadi lonjakan kasus varian delta.
Saat itu, kapasitas ruang dan tempat tidur sudah dilakukan penambahan. Untuk yang sekarang kapasitas ruangan dan tempat tidur sudah dikembalikan jumlah normal lagi setelah kasus Covid-19 sempat melandai.
Namun begitu, apapun harus terus diantisipasi, termasuk lonjakan ksus yang saat ini trennya meningkat kembali. “Kalau sudah pada angka 50 persen, maka kita harus siap- siap menggeser perawatan umum untuk cadangan pasien Covid-19,” tegasnya.
Ganjar juga meminta seluruh bupati dan wali kota agar menyiapkan tempat isolasi terpusat (isoter). Pemprov Jawa Tengah juga akan membuka kembali kompleks Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Srondol dan Asrama Haji Donohudan untuk isoter.
Termasuk mengaktifkan kembali rumah sakit darurat (RSD), termasuk isoter yang sebelumnya juga sudah disiapkan di tingkat kabupaten/kota. “Daerah punya isoter sendiri- sendiri dan semua saya minta disiapkan lagi,” kata gubernur.
Ganjar juga meminta program Jogo Tonggo kembali dijalankan. Program untuk saling membantu dan meringankan warga terdampak sekaligus edukasi untuk pencegahan Covid-19 ini juga penting.
Selain itu berbagai kegiatan di masyarakat harus berpedoman pada ketentuan PPKM dari Pemerintah Pusat. Perihal ini, Ganjar mengaku sudah memberikan arahan agar semua kegiatan harus mengikuti ketentuan sesuai level yang ditentukan pemerintah pusat.
"Acara-acara jumlahnya dibatasi sesuai aturan, jam operasional juga dibatasi, sosialisasi terus digencarkan. Ini penting saya sampaikan, agar semua upaya pengendalian kasus bisa berjalan optimal,” tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar menambahkan, untuk BOR di Jawa Tengah masih cukup aman, karena tingkat keterisian baru 30 persen. Namun, untuk ketersediaan ruang ICU berikut sarana dan prasarana pendukungnya yang mungkin harus menjadi perhatian.
“Karena BOR ruang ICU di sejumlah daerah di Jawa Tengah sudah cukup tinggi,” kata dia.
Yunita mencontohkan, di Kota Surakarta, BOR tempat tidur di ruang ICU sudah 40 persen. “Total BOR ruang ICU di Jawa Tengah sudah sekitar 50 persen dari total ketersediaan yang mencapai lebih 300 ruang,” kata dia.