Senin 14 Feb 2022 17:38 WIB

Pemerintah Antisipasi Lonjakan Kasus Luar Jawa Bali yang Lebih Lambat dari Jawa

Meski kasus luar Jawa Bali meningkat tetapi angkanya relatif masih rendah

Rep: fauziah mursid/ Red: Hiru Muhammad
Petugas medis melakukan tes usap atau swab test kepada penumpang KM Lawit yang baru tiba di Pelabuhan Dwikora, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (1/2/2021). Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 melakukan tes usap secara acak terhadap penumpang KM Lawit rute Jakarta-Pontianak guna mendeteksi dini kemungkinan adanya kasus COVID-19.
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Petugas medis melakukan tes usap atau swab test kepada penumpang KM Lawit yang baru tiba di Pelabuhan Dwikora, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (1/2/2021). Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 melakukan tes usap secara acak terhadap penumpang KM Lawit rute Jakarta-Pontianak guna mendeteksi dini kemungkinan adanya kasus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Koordinator PPKM Luar Jawa Bali mengatakan pemerintah terus memonitor peningkatan kasus di luar Jawa Bali dalam beberapa minggu ke depan. Ini karena kasus luar Jawa Bali lebih lambat dibandingkan Jawa Bali yang saat ini kasusnya sedang melonjak.

"Tentu kita melihat sejak 24 Januari sudah mulai terjadi lonjakan, kita akan memonitor 2-3 minggu ke depan yg kemungkinan angkanya akan meningkat lagi. Karena seperti kita ketahui luar Jawa Bali biasanya lagging atau lebih lambat dari Jawa-Bali," ujar Airlangga dalam konferensi persnya usai rapat terbatas, Senin (14/2).

Baca Juga

Airlangga mengatakan, meski kasus luar Jawa Bali meningkat tetapi angkanya relatif masih rendah yaitu 13,9 persen dari kasus nasional.

Ia mengungkap, kasus harian dan perawatan  rumah sakit mengalami peningkatan di 10 provinsi. Kemudian, dari 15 kab kota di luar Jawa bali, meskipun kasus masih lebih tinggi saat varian Delta, namun angka perawatan rumah relatif lebih rendah atau pada situasi yang lebih terkendali.

"Terkait dengan BOR Covid di rumah sakit dan isoter (isolasi terpusat) ini rasionya masih relatif rendah yaitu 30,52 persen, untuk bor seluruh provinsi luar Jawa Bali itu kurang dari 20 persen kecuali Sumatera Selatan 30 persen, Papua barat 25 persen, Kalsel 23 persen, Sulut 23 persen dan Bengkulu 21 persen," katanya.

Sementara untuk di NTB, saat ini kasus hariannya sudah melampaui saat varian Delta yaitu 549 kasus. Namun, angka  rumah sakitnya masih lebih rendah yaitu 273. Padahal, saat Delta rumah sakitnya bisa mencapai 820.

"Demikian pula di Papua yang kasusnya sudah 615, namun di rumah sakitnya masih 119, pada saat Delta yang lalu bisa mencapai 618," katanya.

Sedangkan untuk isolasi terpusat di luar Jawa Bali juga saat ini masih terkendali di level 2,88 persen. Kendati demikian, ia meminta pemerintah daerah menyiapkan penambahan jumlah dua sampai tiga kali.

"Dalam beberapa rapat beberapa waktu yang lalu, yaitu dibandingkan lonjakan Delta yaitu antara 69.000 sampai 91.000 tempat tidur sebagai langkah mitigasi di luar Jawa-Bali," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement