Jumat 21 Jan 2022 07:54 WIB

Kemenkes: Penularan Omicron Kemungkinan Terjadi pada Jamaah Umroh

Jamaah kemungkinan tertular Omicron saat kepulangan dari Arab Saudi

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah calon jamaah umrah berjalan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (8/1). Sebanyak 419 orang berangkat melaksanakan ibadah umrah setelah beberapa tahun terakhir Indonesia tidak mengirimkan jamaah akibat pandemi Covid-19. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah calon jamaah umrah berjalan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (8/1). Sebanyak 419 orang berangkat melaksanakan ibadah umrah setelah beberapa tahun terakhir Indonesia tidak mengirimkan jamaah akibat pandemi Covid-19. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jumlah kasus COVID-19 Varian Omicron di Indonesia meningkat menjadi 882 kasus per Kamis (20/1/2022) hari ini. Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 649 dari 882 kasus Omicron tersebut berasal dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa kasus Omicron di kalangan PPLN paling banyak berasal dari Arab Saudi dengan menyumbang kasus 128 kasus. Dari total tersebut, sebanyak 87 jamaah umrah dinyatakan positif Covid-19, 10 diantaranya probable Omicron.

Baca Juga

Menurut Nadia, kemungkinan besar para jamaah umrah tertular saat dalam perjalanan dari Arab Saudi ke Indonesia. "(Kemungkinan tertular) Selama perjalanan dan bisa saja saat saat kepulangan belum terdeteksi tapi juga saat di dalam perjalanan bisa juga," kata Nadia saat dikonfirmasi Republika, Kamis (20/1/2022).

Dikonfirmasi terpisah Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman memgatakan, sangat mungkin terjadi para jamaah umrah tertular saat dalam perjalanan pulang ataupun saat masih berada di Arab Saudi.

"Potensi penularan bisa di Saudi bisa di pesawat, makanya bila ada satu orang dalam kloter perjalanan positif maka harus satu pesawat yang karantina," tutur dia.

Karantina terpusat wajib dilakukan untuk mereka yang bergejala. Sementara yang tidak bergejala atau negatif tetap harus melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing.

"Meskipun negatif di bandara pulang ke rumah tidak boleh merasa aman, harus juga tetap karantina di rumah karena potensi terpapar di pesawat juga besar," tegas Dicky.

Dicky menerangkan dengan jeda waktu perjalanan 4 hingga 6 jam sangat normal bila terjadi perubahan dari yang tadinya negatif menjadi positif Covid-19. Oleh karenanya, diperlukannya proses karantina usai melakukan perjalanan.

"Inilah pentingnya karantina. Makanya karantina penting, jangan pas datang negatif selesai, jadi jaring pengaman lanjutan jadi jangkar pengamanan," ucap Dicky.

Untuk masa isolasi karantina, lanjut Dicky, setidaknya dari masa inkubasi terpendek yakni 7 hari hingga 10 hari. Walaupun, ada juga masa karantina kurang dari 7 hari, namun itu sangat berisiko.

Sebelumnya, Konsul Haji dan Umrah Konsulat Jendera RI (KJRI) di Jeddah, Endang Jumali, mengatakan ada 28 jemaah WNI positif Covid-19 usai melaksanakan ibadah umrah di Arab Saudi. Jemaah yang positif Covid-19 itu merupakan perwakilan pimpinan agen perjalanan.

Kementerian Agama (Kemenag) belum dapat menyampaikan analisanya kenapa jamaah umroh di Arab Saudi negatif saat tiba di Indonesia positif Covid-19. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada 87 jamaah umroh keberangkatan tanggal 8 Januari positif Covid-19.

"Kalau masalah kesehatan bisa bertanya ke dokter KKP Bandara Soeta," kata Direktur Bina Umroh dan Haji Khusus Nur Arifin saat ditanya bagaimana kondisi jamaah umroh setelah tiba di Indonesia, kemarin.

Nur Arifin memastikan rombongan jamaah umrah sebanyak 414 yang berangkat dari Asrama Haji Pondok Gede 8 Januari 2022 ketika di PCR di Asrama Haji Pondok Gede hasilnya negatif semua. Begitu juga saat tiba di Arab Saudi semua dalam kondisi tanpa covid.

"Ketika jamaah umroh tiba di Saudi ditest PCR dan hasilnya 100 persen negatif," ujarnya.

Nur Arifin mengatakan, sesuai aturan otoritas bandara Saudi (GACA) semua jamaah umroh begitu tiba di Saudi dikarantina lima hari. Kebetulan, semua hasil tes nagatif jamaah itu bisa langsung menjalankan ibadah umroh.

"Karena negatif semua maka mereka semua bisa melaksanakan umroh," katanya.

Nur Arifin menceritakan, pada hari keempat karantina, jamaah di PCR lagi dan hasilnya 100 persen negatif. Bahkan, menjelang kepulangan ke Indonesia, tepatnya pada hari ke-9 mereka di PCR lagi dan negatif.

"Alhamdulillah hasilnya 100 persen atau semuanya negatif," katanya.

Namun, saat tiba di Indonesia, jamaah umroh kebanyak positif Covid-19, saat ditanya apa penyebabnya, Nur Arifin tidak menjawab. Dia hanya menegaskan kalau jamaah saat tiba di Indonesia positif meski beberapakali ditest di Saudi hasilnya negatif.

"Begitu tiba di Indonesia mereka di PCR lagi. Nah di sini baru ada yang positif," katanya.

Ia berharap, setiap penyelenggara perjalanan ibadah umroh (PPIU) terus memantau kepatuhan jamaah terhadap protokol kesehatannya. (prokes). Hal tersebut demi mengurangi resiko jamaah umroh terpapar Covid-19.

"Seluruh penyelenggara umroh yang menyertai jamaah umroh senantiasa kita pesankan agar mengawal dan mengawasi jamaah agar taat disiplin prokes agar terhindar dari covid," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement