REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperingatkan, puncak gelombang kasus varian Omicron di Indonesia akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret nanti. Prediksi tersebut berdasarkan data perkembangan kasus Covid-19 di Afrika Selatan.
“Puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” kata Luhut saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM pada Ahad (16/1/2022).
Saat ini, kata dia, perkembangan kasus Omicron di sejumlah negara lain seperti di Inggris dan Afrika Selatan telah melewati puncaknya. Sedangkan negara lainnya seperti di Amerika Serikat dan Prancis telah menunjukan terjadinya pelandaian kasus. Kendati demikian, di belahan negara Asia seperti di India, Thailand, dan juga Filipina masih mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi.
Meskipun Omicron memiliki gejala lebih ringan dengan risiko perawatan rumah sakit yang lebih rendah, namun karena jumlah kasusnya yang jauh lebih banyak dibandingkan varian Delta menyebabkan jumlah perawatan di rumah sakit dan tingkat kematian di Inggris menjadi lebih tinggi dibandingkan varian Delta. “Hal ini harus kita hindari,” tambah Luhut.
Luhut menyebut, pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi lebih landai dibandingkan negara lain. Dengan demikian, kenaikan kasus pun tak akan membebani sistem kesehatan nasional.
Ia menekankan, upaya penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi menjadi sangat penting. Selain itu, menurut dia, upaya pengetatan mobilitas masyarakat akan menjadi opsi terakhir yang akan dilakukan untuk memperlambat laju penularan kasus.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa beberapa negara lainnya telah mengalami puncak kenaikan kasus Omicron. Puncak kenaikan kasus ini terjadi secara cepat dan tinggi antara 35-65 hari.
“Nah antara 35 hingga 65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi. Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat,” jelas Menkes Budi.
Menurut Menkes, di beberapa negara yang mengalami kenaikan kasus akibat Omicron, angka perawatan di rumah sakitnya mencapai 30-40 persen dari varian Delta.
“Jadi walaupun kenaikannya lebih cepat dan tinggi, jumlah kasusnya akan lebih banyak dan penularannya lebih cepat, tapi hospitalisasinya lebih rendah,” tambah dia.
Karena itu, ia pun meminta masyarakat agar tak panik jika terjadi kenaikan kasus yang sangat cepat dan tinggi. Namun masyarakat diminta tetap waspada dengan meningkatkan protokol kesehatan.