REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total kejadian bencana selama 2021 menurun 33,5 persen jika dibandingkan kejadian bencana tahun 2020. Namun, korban bencana alam selama 2021 meningkat tajam, mulai dari korban jiwa meninggal dunia, luka-luka hingga mengungsi.
"Secara statistik kalau kita lihat dari 2020 ke 2021, kejadian bencana turun yaitu dari 4.649 menjadi 3.092 atau berkurang 33,5 persen. Akan tetapi kalau dilihat dampaknya ternyata naik," kata Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan saat mengisi konferensi virtual mengenai Update dan Kaleidoskop Bencana 2021, Jumat (31/12).
Dampak bencana yang ditimbulkan dari bencana alam di 2021 lebih tinggi daripada di 2020. BNPB mencatat, korban meninggal dunia pada 2021 mencapai 665 orang dari tahun sebelumnya yakni 376 orang. Artinya, kenaikan jumlah korban meninggal di 2021 mencapai 76.9 persen.
Lilik menambahkan, korban meninggal dunia terbanyak tercatat di bulan Januari dan April. Pada kurun waktu tersebut terjadi gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat. Sedangkan pada April terjadi bencana siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dua kejadian bencana inilah yang mengakibatkan korban meninggal dunia terbanyak.
BNPB juga mencatat korban luka-luka juga naik 24 persen atau dari 619 orang menjadi 14.116 orang. Ia menambahkan, korban luka-luka terbanyak di peristiwa gempa Mamuju di Januari dan Desember akibat awan panas guguran Semeru.
"Jadi, cukup signifikan kenaikannya," katanya.
Kemudian, BNPB juga mencatat jumlah pengungsi juga meningkat dari 6,7 juta orang menjadi 8,4 juta orang. Selain itu, dia menambahkan, pihaknya mencatat jumlah rumah rusak meningkat dari 65 ribu menjadi 142 ribu atau sekitar 116,3 persen.