REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan perbatasan Indonesia di pintu masuk laut dan darat mendominasi angka positivity rate importasi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Pengetatan pintu masuk padahal penting di tengah munculnya varian Omicron.
"Pemerintah akan tetap mengetatkan upaya testing dan tracing pada seluruh pintu kedatangan. Alasannya mengingat positivity rate kedatangan di pintu laut dan darat yang lebih tinggi 10 kali lipat daripada di pintu masuk udara," kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan keterangan pers perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia yang diikuti dari YouTube BNPB, Kamis (23/12).
Wiku merinci, angka positivity rate pada 12-18 Desember 2021 di pintu udara sebesar 0,48 persen, di pintu laut 5,401 persen dan di pintu darat 1,3 persen. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 itu mengatakan upaya pengetatan pengawasan di seluruh pintu masuk negara merupakan tindak lanjut pemerintah atas temuan kasus Omicron yang hingga saat ini berjumlah delapan kasus di Tanah Air.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan pekan kini, kata Wiku, dilaporkan terdapat tiga kasus positif Omicron baru di Indonesia. Yaitu seorang WNI asal kedatangan dari Malaysia dan dua WNI asal kedatangan dari Kongo.
"Sehingga sampai dengan hari ini delapan kasus positif Omicron," katanya.
Meninjau hal tersebut, kata Wiku, maka pemerintah akan semakin memperketat pengawasan para pelaku perjalanan internasional di pintu masuk negara, baik darat, laut maupun udara. "Perlu diketahui bersama bahwa seluruh kasus Omicron yang terjaring saat ini, ditemukan dari pelaku perjalanan luar negeri yang masuk melalui pintu udara," katanya.