REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menekankan tiga prinsip untuk mencegah penyebaran varian omicron di Indonesia. Tiga prinsip tersebut diyakini bisa menekan penyebaran omicron dan mengurangi keparahan jika terinfeksi varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu.
“Maka kita prinsip (untuk melakukan) penegakan prokes, kemudian sekali lagi tracking dan tracing, dan yang terakhir adalah percepatan vaksinasi,” kata Tito dalam siaran persnya, Jumat (17/12), usai melakukan Rapat Koordinasi Percepatan Vaksinasi di Auditorium Pendopo Gubernur Sumatra Barat.
Tito mengatakan, Satgas Covid-19 di daerah nantinya menggunakan metode Spike Gene Target Failure (SGTF) dan juga mesin Whole Genome Sequences (WGS) untuk mengonfirmasi pasien apakah benar terkena omicron atau bukan.
“Nanti di tiap (Satgas Covid-19) daerah itu ada namanya metodologi namanya SGTF, Spike Gene Target Failure, SGTF, jadi tidak harus menggunakan mesin Whole Genome Sequences, WGS,” ujarnya.
Ia pun menekankan, siapa pun yang positif harus segera dilakukan tracking dan tracing. Karenanya, Tito meminta kepala daerah memfasilitasi hal tersebut ketika ada masyarakatnya terkonfirmasi positif omicron.
“Itulah makanya perlu siapa pun yang positif segera di-tracking dan tracing, dan kemudian dites, yang positif karantina, itu tekniknya,” katanya.
Tito juga meminta pemerintah daerah untuk melakukan percepatan vaksinasi. Sebab, masih banyak daerah yang capaian vaksinasinya masih rendah.
Ia menyebut, sampai hari ini pemerintah belum mengetahui secara persis karakter omicron, temasuk tingkat keparahan penularannya. Saat ini, tengah berjalan proses penelitian di Indonesia maupun dunia terkait varian tersebut.
“Makanya kita datang ke sini (Sumbar) khusus berbicara mengenai percepatan vaksinasi itu, karena beberapa kasus yang sudah divaksin yang kena omicron tidak parah bahkan ada yang simptom-nya rendah sekali,” katanya.