Selasa 07 Dec 2021 21:13 WIB

Hindari Stunting si Buah Hati Sejak Dini, Begini Caranya

Angka stunting di Indonesia 27,67 persen, diatas standar WHO dibawah 20 persen

Petugas kesehatan mengukur lingkaran pergelangan tangan balita saat pelaksanaan Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu) di Desa Toabo, Kecamatan Papalang, Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (3/11/2021). Kegiatan posyandu tersebut dilakukan untuk menghindari kasus stunting pada anak dengan memberikan vitamin A dan suntikan imunisasi.
Foto: ANTARA/Akbar Tado
Petugas kesehatan mengukur lingkaran pergelangan tangan balita saat pelaksanaan Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu) di Desa Toabo, Kecamatan Papalang, Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (3/11/2021). Kegiatan posyandu tersebut dilakukan untuk menghindari kasus stunting pada anak dengan memberikan vitamin A dan suntikan imunisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Masalah stunting menjadi salah satu pekerjaan rumah pemerintah dalam membangun keluarga sejahtera di Tanah Air. Masalah stunting muncul akibat proses gagal berkembang pada anak dalam periode 1000 hari pertama kehidupan (masa emas) akibat kurang gizi.

Angka stunting di Indonesia masih berada pada prevalensi yang cukup tinggi, yaitu 27,67 persen. Jumlah tersebut masih berada di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Stunding sendiri dapat memberikan dampak buruk jangka panjang bagi seorang anak. Seperti rendahnya kecerdasan, hingga risiko penyakit menular. 

Baca Juga

Pemerintah sendiri telah memasang target penurunan angka prevalensi stunting hingga 14 persen pada 2024. Karena  itu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan upaya pencegahan di masyarakat. Salah satunya adalah ditujukan kepada mereka yang hendak menikah atau calon pengantin (catin) serta pasangan usia subur (PUS).

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan bagi catin atau PUS agar buah hati terhindari dari stunting.

a. Periksa status gizi 

Status gizi catin khususnya wanita akan menentukan terhadap risiko stunting. Seorang wanita yang terlalu kecil badannya dikhawatirkan tidak akan mampu mencukupi gizi janin yang dikandungnya. Ini akan memperbesar resiko bayi lahir dalam kondisi stunting.

Sebaiknya pasangan yang hendak menikah segera memeriksakan kondisi kesehatan keduanya di pusat kesehatan terdekat. Lakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran LILA dapat mengetahui resiko kekurangan gizi jangka panjang bagi wanita. Bila gizi wanita masih dibawah standar yang ditetapkan, tidak perlu khawatir karena dapat segera melakukan pemeriksaan kesehatan di pusat kesehatan terdekat guna memperoleh perawatan yang tepat.

b. Jaga alat kesehatan reproduksi

Kualitas kesehatan alat reporduksi catin akan menentukan proses kehamilan. Setelah menikah, wanita hendaknya rajin melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Seperti melakukan  inspeksi visual asetat (IVA) dan pap smear. Langkah ini diperlukan guna mencegah terjadinya kanker serviks. Hal tersebut juga akan memperkecil resiko terkena penyakit infeksi menular seksual dan mengetahui kelainan genetik yang dapat mempengaruhi keturunan di masa depan.

Pemeriksaan kesehatan alat reproduksi ini dapat dilakukan secara gratis, di Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Ayo jalankan gaya hidup sehat sejak dini. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement