REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Agus Setiawan mencatat, sekitar 200 hektare lahan pertanian di wilayah itu dipastikan gagal panen akibat lahar letusan Gunung Semeru. Agus, dikonfirmasi dari Surabaya, Senin (6/12) mengatakan, ratusan lahan itu berada di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro Kabupaten Lumajang.
"Ini masih catatan awal di dua kecamatan, di sana ada tanaman kebun, tanaman lereng gunung dan aliran sungai. Semuanya terdampak," kata Agus.
Untuk komoditas, kata Agus, di antaranya Padi, Palawija serta Sengon. Luasan lahan lain yang belum bisa terdata, kata Agus adalah komoditas kopi, karena petani belum bisa naik dan memastikan apakah tanaman kopi mereka sudah mati atau masih bisa diselamatkan.
"Kalau kopi ada di lereng, tetapi karena belum bisa naik ke atas, teman-teman petani di Desa Oro-Oro Ombo belum bisa memberikan kabar ke kami apakah tanam masih utuh atau tidak," katanya.
Sementara untuk peternakan, Agus yang juga menjabat Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Lumajang itu menyebut banyak hewan ternak yang mati dan tidak bisa diselamatkan, seperti sapi dan kambing. "Tetapi memang saat evakuasi, ternak tersebut banyak yang tidak sempat dibawa karena letusan dan lahar Gunung Semeru datang secara mendadak," katanya.
Ia menyebut, ternak yang mati karena lahar dari letusan Gunung Semeru itu berada di Desa Sumber Urip, Sumber Mujur, Oro-Oro Ombo dan Supit Urang. "Memang sempat ada yang berhasil dievakuasi, tapi lebih banyak yang tidak bisa dievakuasi karena kejadian mendadak. Seperti tadi subuh, sekitar setengah pukul 04.00 WIB aliran lahar kembali membesar sehingga tanpa bisa mengevakuasi ternak," katanya.