Senin 06 Dec 2021 10:33 WIB

Anatomi Pembaca Berita Letusan Gunung Semeru dan Mitos

Anatomi Pembaca Berita Letusan Gunung Semeru dan Mitos Goro-Goro

Gunung Semeru saat meletetus pada 4 Desember 2021.
Foto: Anadolu Agency
Gunung Semeru saat meletetus pada 4 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Setiawan, Jurnalis Senior.

Pagi ini, saya dibangunkan telepon Muhammad Subarkah si penulis berita Letusan Gunung Semeru dan Mitos Goro Goro di Republika. Artikel itu jumlah viernya sangat mengejutkan dan memecahkan rekor. Dalam kurun 24 jam viewer tulisan mencapai 2,2 juta.

Dia mengatakan baru saja meminta data pembaca berita itu kepada rekan bagian IT di kantornya. "Nich, lihat anatomi pembaca berita itu," katanya.

Sebagian besar pembaca berita tulisan Gunung Semeru dan Mitos tersebut adalah kelas menengah ke bawah, dan terkonsentrasi di Jawa. Ini bisa dilihat dari merk HP-nya, yang harga Rp 4 juta ke bawah. Hanya 2.800-an pembaca berita itu menggunakan Apple.

Menariknya, masih ada yang menggunakan BlackBerry -- merk seumur jagung yang sempat mewabah di Indonesia. Ada pula yang baca dari gadget merk Sony. Barangkali Sony udah lupa pernah bikin HP dengan beli teknologi terakhir Ericsson.

Untungnya, nggak ada yang pake HP merk Ericsson atau Alcatel -- dua HP pertama saya sebelum beralih ke Nokia.

Data yang tak dijembreng ke saya, tapi disebutkan Muhammad Subarkah, adalah hanya sedikit dari 2,4 juta pembaca berita itu yang berada di luar Pulau Jawa. Itu pun menyebar di hampir semua pulau di Indonesia ini.

Subarkah berkelakar; "Mungkin mereka yang membaca berita ini di luar Pulau Jawa juga orang Jawa."

Jadi, kesimpulan sementara orang Jawa adalah pasar terbesar untuk berita tentang mitos, terutama yang berkaitan dengan letusan gunung. Mitos Gunung Semeru belum seluruhnya dieksploitasi. Tulisan Subarkah yang puncaki mesin pencarian di Google Search tentang gunung Semeru, dikuti tulisan latah dari media lain. Mereka 'termehek-mehek' mencari berita dan membuat berita tentang mitos seputaran Gunung Semeru.

"Orang-orang Jawa masih menunggu mitos lain dari letusan Gunung Semeru," kata Subarkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement