Ahad 05 Dec 2021 07:55 WIB

Kala Kawah Jonggring Saloko 'Marah' dan Bergemuruh

Semeru dengan seluruh pesona yang selalu memukau tetap harus diwaspadai.

Penari mementaskan 'Tari Mahameru' saat pertunjukan eksotika Bromo di lautan pasir kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Probolinggo, Jawa Timur.
Foto:

Jonggring Saloko bergemuruh

Gunung dengan kawah Jonggring Saloko yang tidak pernah tidur itu, pada 4 Desember 2021 mengeluarkan 'amarahnya'. Guguran awan panas dan material vulkanik menyembur dari kawah dan memberikan dampak besar pada wilayah yang berada di jalur guguran awan panasnya. 

 

photo
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (4/11). - (Istimewa)

 

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada Sabtu, kurang lebih pukul 15.20 WIB, muntahan awan panas dan material vulkanik meluncur mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Erupsi gunung berapi aktif itu memiliki catatan sejarah panjang sejak 1818. 

Gunung Semeru merupakan gunung dengan tipe vulcanian atau memiliki letusan eksplosif dan dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang terbentuk sebelumnya. Kemudian, gunung tersebut juga memiliki tipe strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam, yang mampu membentuk kawah dan lidah lava baru. 

Letusan pada awal Desember di pengujung Tahun 2021, membuat kepanikan warga, khususnya yang ada di Kecamatan Pronojiwo. Dari sejumlah video milik warga yang beredar di media sosial, awan panas yang menyembur dari kawah Jonggring Saloko terlihat sangat besar. 

Seolah, awan itu, diembuskan dalam satu kali napas dari perut sang raksasa itu. Warga terlihat berlarian untuk menyelamatkan diri dari amukan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Seakan tidak berdaya, masyarakat hanya bisa melihat keagungan Gunung Semeru dengan kekuatan yang kini diperlihatkan.

Dampak dari letusan Gunung Semeru itu, hingga Sabtu malam, dilaporkan puluhan warga Kabupaten Lumajang mengalami luka bakar dan satu orang meninggal dunia akibat semburan awan panas. Tercatat, ada sebanyak 48 warga yang mengalami luka bakar.

Selain itu, usai memuntahkan guguran awan panas dan material vulkanik, banjir lahar dingin juga memberikan dampak kerusakan cukup besar. Jembatan penghubung antara wilayah Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajangputus diterjang banjir lahar dingin.

Jembatan Gladak Perak yang merupakan penghubung jalan nasional tersebut hancur akibat terjangan material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Semeru. Akses jalan tersebut, sesungguhnya merupakan jalur evakuasi yang penting.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement