Kamis 02 Dec 2021 12:02 WIB

'Presidential Threshold Kebiri Hak Rakyat'

Skema penjajahan dengan gaya baru itu (PT, red), terbentuk dalam kapitalisme korpora

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier mengatakan, dengan adanya presidential threshold itu mau setengah persen atau dua persen adalah upaya pengebirian hak konstitusi.
Foto:

Jegal calon pemimpin berkualitas

Pengkaji geopolitik dan Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) Hendrajit menanggapi, rencana penerapan Presidential Threshold (PT) dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Dia menilai, pemberlakuan PT justru menjegal calon pemimpin bangsa yang berkualitas.

"Pemimpin lahir dari rakyat. Apakah pemimpin yang lahir dari parpol sudah tepat? Desakan hapus PT ini harus diusut (diteruskan)," kata Hendrajit dalam diskusi  Aliansi Kekuatan Rakyat Berdaulat (AKRAB), belum lama ini.

Hendrajit menegaskan, PT malah menyulitkan para tokoh yang ingin maju sebagai capres. Padahal, mereka mendapat dukungan sebagian rakyat.

"(PT) Itu tangkal orang-orang terbaik atau tak sesuai dengan sistem yang lahirkan pemimpin dari rakyat," ucap Hendrajit.

Hendrajit menuding, kebijakan PT layaknya pawang penghalau hujan. "Pemimpin yang harusnya lahir itu ditangkal seperti pawang hujan tangkal hujan," sindir Hendrajit.

Selain itu, Hendrajit menilai, skema penjajahan dengan gaya baru itu terbentuk dalam kapitalisme korporasi. Akibatnya, ia menganggap, sistem politik koruptif di semua tingkatan. Para tokoh masyarakat yang coba meraih kekuasaan, menurutnya, malah terjegal karenaa tak sesuai selera kapitalisme korporasi.

"Bukan cuma gratifikasi tapi tanamkan pola pikir di elit-elit hingga daerah bahwa penyalahgunaan kekuasaan itu hal wajar. Aturan main dalam rekrutmen politik harus dukung kejahatan itu. Yang tidak sesuai maka terhambat," ujar Hendrajit

Oleh karena itu, Hendrajit mengajak rakyat Indonesia untuk menyelamatkan bangsa dari kejatuhan demokrasi. Ia menuding, pemberlakuan PT yang berlarut-larut akan mengikis nilai demokrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement