Selasa 30 Nov 2021 19:07 WIB

Tren Kenaikan Kasus Omicron Terjadi di Enam Negara

Enam dari tujuh negara dengan kasus Omicron tunjukan tren kenaikan.

Enam dari tujuh negara dengan kasus Omicron tunjukan tren kenaikan.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Enam dari tujuh negara dengan kasus Omicron tunjukan tren kenaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengemukakan, sebanyak enam dari tujuh negara terjangkit varian baru Omicron (B.1.1.529) sedang menunjukkan tren kenaikan kasus. "Omicron yang dilaporkan berada di Afrika Selatan, Hongkong dan Botswana pada November 2021 itu hingga saat ini menjangkit di Italia, Jerman, Belanda, Inggris, Australia, Kanada dan Israel," kata Wiku, saat menyampaikan keterangan pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Indonesia yang diikuti dari YouTube BNPB di Jakarta, Selasa (30/11) sore.

Dari ketujuh negara tersebut, kata Wiku, hanya Israel yang saat ini tren kasusnya belum menunjukkan kenaikan. "Bahkan Italia, Jerman dan Belanda mengalami kenaikan kasus yang sangat tajam," katanya.

Baca Juga

Wiku mengatakan, varian COVID-19 terus mengalami perkembangan dan persebarannya dapat meluas bahkan melampaui batas negara di tengah pergerakan kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Ia mengatakan, pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia menyusun pelaku perjalanan, khususnya perjalanan internasional yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari ancaman terpapar atau membawa kasus varian baru ke dalam negeri.

Wiku mengatakan, varian Omicron atau merupakan mutasi dari virus COVID-19 yang awalnya ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Varian Under Monitoring pada 24 November 2021 dan dua hari setelahnya ditetapkan sebagai Varian of Concern (VOC). Menurut Wiku, WHO menyebutkan bahwa efektivitas vaksin, testing dan obat-obatan saat ini terhadap varian Omicron masih dalam tahap pengkajian lebih lanjut.

"Namun dikatakan bahwa bukti awal menunjukkan mungkin ada peningkatan risiko tertular kembali untuk orang yang sudah pernah mengalami COVID-19 dibandingkan dengan varian lainnya," katanya. 

Namun demikian, Wiku memastikan informasi terkait hal ini masih sangat terbatas dan masih dalam proses penelitian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement