Senin 22 Nov 2021 07:07 WIB

Penguatan Literasi Jadi Daya Ungkit Pemulihan Ekonomi

Kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu ilmu akan tingkatkan daya saing.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolandha
Anak-anak membaca buku di Bale Buku Jakarta, Dukuh, Jakarta, Jumat (12/11). Penguatan literasi disebut harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi nasional di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak membaca buku di Bale Buku Jakarta, Dukuh, Jakarta, Jumat (12/11). Penguatan literasi disebut harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi nasional di tengah kondisi pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penguatan literasi disebut harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi nasional di tengah kondisi pandemi Covid-19. Orang tua menjadi salah satu pihak yang berperan penting sebagai teladan dalam kegiatan membaca.

"Di tengah kondisi pandemi Covid-19, penguatan literasi harus diyakini mampu menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi nasional," ujar Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca, Adin Bondar, Senin (22/11).

Baca Juga

Adin mengatakan, literasi syarat penting dalam melahirkan SDM unggul. Menurutnya, itu karena mengingat kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan yang menjadi kunci utama untuk meningkatkan daya saing.

Untuk itu, menumbuhkembangkan budaya literasi keluarga sangat penting untuk dilakukan. Rumah, kata dia, adalah akar di mana orang tua mulai membangun karakter dan intelektual anak melalui kegemaran membaca. Tidak hanya ibu yang berperan, namun sosok ayah juga harus ikut serta.

“Upaya menjadikan budaya baca menjadi perilaku anak adalah sebuah proses yang perlu dibangun bersama dalam keluarga. Karena itu, orang tua harus menjadi teladan anak dalam kegiatan membaca,” jelas dia.

Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, menyampaikan, dongeng atau aktivitas membacakan buku kepada anak sejak usia dini mampu meningkatkan kosa kata dan kognisi anak. Dia tidak menampik aktivitas mendongeng mayoritas dilakukan perempuan atau ibu di keluarga, namun sosok ayah juga wajib berperan dalam aktivitas tersebut.

“Ayah harus berperan serta untuk berbagi dengan ibu dalam menumbuhkan minat baca anak. Solusi bagi para ayah mengakalinya adalah dengan visual spasial dan ibu yang membacakan cerita. Kata bapak saya, penting untuk menyentuh anak,” jelas Gol A Gong.

Sementara itu, Penulis dan Kurator Buku Anak Indonesia Writers Inc, Debby Lukito Goeyardi, berkisah, sejak kecil dia sudah hobi membaca buku dan pergi ke toko buku. Di kehidupannya sekarang, kedua putrinya pun memiliki hobi yang sama yakni membaca buku karena semenjak masih di dalam kandungan hingga saat ini Debby rajin membacakan buku cerita pengantar tidur kepada mereka.

“Saya membuktikan sendiri apa yang saya lakukan dulu ternyata berdampak, semua itu berpengaruh. Saya memiliki 7K dalam praktik baik ini yakni konsisten, komitmen, ketahanan mental, kesabaran, keteguhan hati, komunikatif, dan koordinasi,” ungkap Debby.

Menurut Founder Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil, hal lain yang harus menjadi perhatian dalam menanamkan budaya baca kepada anak selain peran orang tua adalah jenis bahan bacaan. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memberikan akses bahan bacaan kepada anak, dapat disesuaikan dari usia dan minat mereka. Nila juga mengingatkan bahwa orang tua harus pintar berstrategi untuk menarik minat baca anak.

“Dalam memilih buku harus disesuaikan dengan perkembangan mereka, bayi misalnya bisa dipilihkan buku kain atau board book untuk merangsang keinginan membaca. Masuk TK bisa dibelikan buku pop up. Anak SD harus disesuaikan dengan level membaca dan SMP bisa melalui hobi mereka,” tutur Nila.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement