Rabu 17 Nov 2021 21:36 WIB

Melihat Peluang dari Disrupsi Terhadap Industri Penerbitan

Perlu peningkatan perdagangan di antara industri buku yang ada di negara-negara Asia.

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman Nugraha. Arys menilai diperlukan peningkatan perdagangan di antara industri buku yang ada di negara-negara Asia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman Nugraha. Arys menilai diperlukan peningkatan perdagangan di antara industri buku yang ada di negara-negara Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ronggo Astungkoro

Pandemi Covid-19 disebut secara nyata mendisrupsi industri buku lewat hilangnya pemasukan, berubahnya pola permintaan, serta pasokan yang terganggu. Untuk itu, diperlukan peningkatan perdagangan di antara industri buku yang ada di negara-negara Asia, yang akan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Juga

"Pandemi mendisrupsi industri buku di tiga jalur utama, yakni kehilangan pemasukan, pemborosan keuangan yang sia-sia yang berujung pada berubahnya pola permintaan, dan gangguan dalam pasokan," ungkap Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman Nugraha, pada kegiatan “Copyright Trading Challenges to Survive during the Pandemic” yang dilakukan secara daring, Rabu (17/11).

Arys menerangkan, semua negara kini tengah dihadapkan pada krisis global yang nyata. Pandemi, kata dia, dengan serius mengancam kestabilan ekonomi setiap negara. Tak sedikit orang yang mengkhawatirkan hidup dan kehidupannya, tak sedikit pula bisnis yang harus tutup akibat pandemi.

Dia meyakini, ketiga isu di dunia industri buku yang dia sebutkan di atas juga terjadi banyak negara. Pandemi membuat semakin sedikit orang yang dapat memperoleh buku karena adanya krisis, yang membuat orang cenderung memilih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya terlebih dahulu.

"Selain itu, berubahnya preferensi komsumen dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada penawaran dan permintaan. Contohnya, publisher harus menyetop mencetak buku-buku baru, sementara stok buku mereka yang sudah ada sebelumnya tertahan di gudang tak semuanya dapat terjual," jelas Arys.

Disrupsi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 juga Arys sebut menempatkan bisnis penerbitan yang lebih kecil ke situasi yang lebih sulit lagi karena keterbatasan sumber daya. Menurut Arys, keluarnya bisnis-bisnis penerbitan kecil dari pasar dapat menyebabkan gap pada sub pasokan ketika permintaan akan buku mulai kembali muncul.

Arys menyatakan, terlepas dari tantangan global yang disebutkan di atas, terdapat dua peluang yang dapat dimanfaatkan industri buku di kawasan Asia. Peluang pertama, yakni memperkuat kerja sama dan integrasi di negara-negara regional. Menurut dia, kerja sama regional merupakan kekuatan besar bagi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan inklusif.

"Inilah waktunya bagi kita negara-negara di wilayah Asia untuk bekerja sama dan melakukan koordinasi multilateral untuk bertahan dan juga mengembangkan kestabilan ekonomi kita secara bersama-sama karena dengan cara itu akan lebih efektif daripada melakukannya sendiri-sendiri," kata dia.

Peluang kedua, yakni melakukan peningkatan perdagangan di antara industri buku yang ada di negara-negara kawasan. Arys menyampaikan, industri yang bekerja akan menyokong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk mencapai itu semua, Arys mengungkapkan, pengembangan hubungan yang saling menguntungkan antarnegara, organisasi internasional, dan institusi harus dilakukan.

"Penguatan dan perluasan kerja sama di bidang industri buku di negara-negara Asia Tenggara adalah hal yang penting. Industri buku di region seharusnya memiliki kesempatan lebih untuk bertemu dan melebarkan network lewat event-event seperti ini," jelas Arys.

Sementara itu, Managing Director Publishers and Booksellers Association of Thailand, Thipsuda Sinchawarnwat, menyampaikan, industri penerbitan saat ini memang tengah menghadapi keadaan yang tidak pasti. Pihaknya terus memberikan bantuan dan masukan kepada member-nya.

"Saya percaya kita akan dapat memutarbalikkan ancaman Covid-19 menjadi kesempatan. Kita dapat kembali membaik dan lebih baik lagi. Kita harus mencapai itu dengan memperkuat kerja sama nasional dan internasional," terang Thipsuda.

Dia juga percaya, peningkatan kerja sama itu dapat terjadi melalui kegiatan ini. Di mana para narasumber yang hadir akan saling bertukar pandangan dan pengalaman tentang bagaimana industri penerbitan di setiap negara bisa bertahan, berkembang, dan berevolusi di tengah keadaan sulit.

"Kita berbagi pengalaman dan perspektif bagaimana industri publisihing bertahan, berkembang, dan berevolusi di tengah keadaan sulit dan memiliki masa depan yang lebih baik," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement