REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak bisa dipungkiri, Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, oleh karenanya pemerintah mulai mengembangkan jejaring rujukan kardiovaskular, hal itu agar pelayanan kesehatan bagi penyakit jantung tidak hanya dilakukan di rumah sakit pusat, namun bisa ditangani di rumah sakit daerah.
"Ini harapan kita bersama, kita tingkatkan kecepatan akselerasi pengampuan yang telah kita niatkan, sehingga pelayanan kita kepada masyarakat bisa meningkat. Tentunya ini bisa kita lakukan dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan pelayanan bedah jantung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) (H.C) Ir Soekarno Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel)," ujar Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman.
Hal tersebut ia sampaikan saat digelar kegiatan Akselerasi Pengampuan Rumah Sakit Jejaring Kardiovaskular dan Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), dengan Pemprov Babel tentang Jejaring Rujukan Pelayanan, Pengembangan Layanan dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta penelitian bidang jantung dan pembuluh darah di Ruang Rapat Lantai 4 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), Jakarta Barat, Jumat (5/11).
Akselerasi ini dilakukan sebagai amanat dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017 yang bertujuan untuk mengembangkan pelayanan kardiovaskular, serta melakukan pengampuan jejaring rujukan kardiovaskular, dengan didukung ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang memadai.
Sebelumnya, Pihak RSJPDHK telah melakukan pembinaan Proctorship Instravascular Ultrasound (IVUS) dan Fractional Flow Reserve (FFR) bagi Rumah Sakit Umum Daerah (H.C) Ir Soekarno untuk meningkatkan pelayanan kateterisasi jantung, khususnya pelayanan pemasangan ring jantung.
Direktur Utama RSJDHK Iwan Dakota mengapresiasi keseriusan Gubernur Erzaldi dengan terlibat langsung untuk memastikan kehadiran rujukan pelayanan bedah jantung di Bumi Serumpun Sebalai. Hal ini akan disikapi pihaknya untuk memberikan prioritas pada Babel.
“Saya sangat mengapresiasi kehadiran pak gubernur. Biasanya saat MoU, gubernur hanya mengetahui dan bukan yang terlibat langsung. Dengan kehadirannya, maka bisa dipastikan, kami akan mendapatkan support penuh dari pemerintah daerah, sehingga kami menjadi lebih semangat dan berusaha untuk memberikan prioritas pada Babel," ungkap Direktur Utama RSJDHK Iwan Dakota.
"Dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman ini juga sebagai bukti kerja sama kita, semoga pemerintah bisa konsisten menjalankan program ini,” tambahnya.
Hingga saat ini, di Babel masih belum ada rumah sakit yang dapat menangani jantung secara mendalam. Tentu ini menjadi permasalahan bersama, bukan hanya pemerintah daerah, namun juga pemerintah pusat. Selama ini, pasien penyakit jantung harus langsung dirujuk ke RSJDHK untuk mengatasi penyakitnya. Maka tak mengherankan pernah terjadi antrian pasien yang menunggu untuk diatasi hingga 2 tahun lamanya.
Tak hanya itu, pasien yang datang ke Jakarta juga harus dibebankan selain biaya rumah sakit, yaitu biaya sehari-hari keluarga yang ikut menemani berobat. Tentu ini menjadi beban moril bagi pemerintah dalam menjamin pemerataan kesehatan bagi masyarakat.
“Saya senang, Pak Gubernur sudah perhatian terhadap kualitas SDM. Untuk menyiapkan SDM handal bukan perkara mudah, dan memang harus disiapkan sesegera mungkin. Karena ilmi kardiologi bukan generalisasi. Para calon dokter harus mendapatkan ilmu sub spesialis lagi seperti invasive kardiologi, Ultrasonografi (USG) kardiologi dan masih banyak lagi,” tutur Ketua Tim Jejaring Kardiovaskular Hananto Andriantoro.
Upaya pengampuan ini dilakukan karena tindakan bedah jantung bukan perkara mudah. Kedepan, pihak rumah sakit daerah akan terus dilakukan evaluasi. Setiap kasus penyakit jantung akan dipantau langsung dari RSJPDHK.
Jika terdapat kasus yang sangat sulit, maka pasien dapat segera dirujuk. Namun jika kondisi pasien tidak memungkinkan, maka tim dokter dari RSJPDHK yang akan langsung mendatangi pasien di daerah.
Sub Tim Jejaring Bedah Kardiovaskular Dudy Armein Hanafy menambahkan untuk menjadi daerah dengan penanganan jantung yang ideal setidaknya dibutuhkan kandidat dengan penguasaan ilmu cakupan toraks, kardiak dan vaskular, dan ini pun harus dikuasai minimal oleh 2 orang. Jika sendirian, dokter akan sangat kewalahan dan berimbas pasien akan pindah ke rumah sakit pusat atau bahkan luar negeri.
Menutup pertemuan, Gubernur Erzaldi berharap dalam hal peningkatan SDM ini, bisa mengutamakan putra daerah agar diberikan tugas belajar. Selagi menunggu lulus para calon dokter spesialis yang membutuhkan waktu 4-4,5 tahun, Untuk itu akan dibuka open recruitment untuk mempercepat pelaksanaan pelayanan.
"Saya berharapa RSJPDHK dapat memberi bimbingan dan dukungan untuk menciptakan SDM memadai, selagi Pemprov Babel menyiapkan sarana dan prasarana rumah sakit. Sehingga pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cepat dan berkualitas seperti di RSJPDHK," pungkasnya.