REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) dan Wakil Gubernur Andika Hazrumy mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Salafi Daarunnajah, Gunung Sari, Kabupaten Serang, pada Kamis (28/10), di sela perjalanan monitoring pembangunan Provinsi Banten. Menurut Gubernur, Ponpes semacam ini sudah selayaknya dibantu Pemerintah karena telah berjuang sejak lama menjaga keutuhan bangsa serta mencerdaskan dan membentuk karakter anak bangsa.
"Kalau ngasih bantuan ke Ponpes itu bukan dipotong, harusnya malah ditambah. Karena pasti bermanfaat, digunakan untuk kebaikan," ungkap Gubernur WH didampingi Wagub Andika.
Dijelaskan Gubernur, adanya kasus korupsi hibah Ponpes, membuat dirinya miris dan kecewa. Karena baginya, membantu pesantren adalah wujud terima kasih Pemerintah kepada Ponpes yang tetap berdiri dan mengabdi tanpa digaji dan meminta bantuan kepada pihak manapun. Atas dasar itu, Pemerintah yang memiliki anggaran merasa perlu untuk membantu Ponpes.
Ditambahkan Gubernur, mayoritas ponpes salafi di kampung-kampung tidak memiliki surat atau sertifikat berbadan hukum untuk dijadikan syarat sebagai penerima bantuan. Akan tetapi, keberadaannya diakui dan beroperasi sebagaimana mestinya.
"Dari zaman Belanda nggak ada izin-izin begitu. Tapi secara de facto mereka sudah berbuat banyak untuk bangsa ini," tuturnya.
Pengasuh Ponpes salafi Daarunnajah KH Ali Sobri mengungkapkan, pada tahun 2020 Ponpesnya mendapatkan bantuan dari Pemprov Banten sebesar Rp 30 juta. Bantuan tersebut digunakan untuk membuat kamar mandi santri dan memperbaiki beberapa kamar yang sudah rusak berat. Ia mengaku sangat terbantu dan mengucapkan terimakasih atas diberikannya bantuan tersebut tanpa potongan apapun.
"Alhamdulillah saya mendapat bantuan Rp 30 juta diterima langsung melalui rekening tanpa potongan apapun. Itu sudah digunakan untuk membangun kamar mandi dan memperbaiki kamar santri yang rusak parah," terang Ali.
Ali berharap, bantuan tersebut dapat kembali bergulir di tahun berikutnya agar pembangunan ponpes dapat terus berjalan. Sehingga, masyarakat dapat semakin tertarik untuk memasukkan putra putrinya ke pondok pesantren.
"Ponpesnya sejak 2007 sudah ada, saat ini jumlah santri sudah lumayan banyak, santri laki-laki 160-an dan perempuan 35 orang," tukasnya. (Adv)