Ahad 31 Oct 2021 12:56 WIB

Suara 'Aisyiyah Perkuat Posisi Media Perempuan Berkemajuan

SA menjadi media cetak gerakan perempuan Islam berkemajuan tertua yang masih bertahan

Rep: My38/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Noordjannah Djohantini (kiri), pada acara Puncak Milad 95 Tahun Suara ‘Aisyiyah, Sabtu (30/10)
Foto: Tangkapan layar Zoom
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Noordjannah Djohantini (kiri), pada acara Puncak Milad 95 Tahun Suara ‘Aisyiyah, Sabtu (30/10)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Suara 'Aisyiyah (SA) akan memperkuat posisinya sebagai media suluh perempuan berkemajuan. Kemajuan perempuan tersebut dapat diawali melalui upaya literasi.

“Suara Aisyiyah berkomitmen untuk menebar kebaikan bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia, rahmatan lil alamin, sekaligus mendorong untuk mengembangkan potensinya, serta menjadi media perempuan yang berkemajuan," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Noordjannah Djohantini, pada acara Puncak Milad 95 Tahun Suara ‘Aisyiyah, Sabtu (30/10)

Pada usianya yang ke-95, SA menjadi media cetak gerakan perempuan Islam berkemajuan tertua yang masih bertahan sampai sekarang. Peran ‘Aisyiyah dalam Kongres Perempuan pertama 1928 di Yogyakarta, semakin menegaskan posisinya sebagai pilar perempuan Islam yang berkemajuan.

“Aisyah menjadi media dakwah bagi kaum perempuan yang terus mengajak kemajuan. Majalah Suara 'Aisyiyah merupakan majalah yang membawa sejarah bagi kepentingan perjuangan perempuan. Kehadiran SA tidak terlepas dari ikhtiar mengemban visi dan misinya,” ujar Noordjannah

Media organisasi perempuan tersebut mengembangkan literasi sebagai bentuk ibadah. Artinya, di era digital saat ini SA berperan memberikan siar  mengenai perempuan berkemajuan yang bermanfaat bagi pembaca media tersebut.

“Saya mengharapkan SA tetap menjadi pilar media yang harus melakuan usaha membangun kesadaran literasi di kalangan generasi muda perempuan maupun perempuan Indonesia secara keseluruhan,” ujar Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir.

Lebih lanjut, Haedar mengatakan, ketika ada persoalan ataupun tantangan yang dihadapi oleh perempuan Indonesia  mengenai kekerasan, soal akses di ruang publik, dan berbagai hal. Maka SA harus menjadi media yang membangkitkan kesadaran literasi serta meningkatkan kualitas sebagai suluh perempuan Indonesia.

Di tengah tantangan derasnya arus digital, SA tetap terus tumbuh serta berusaha memperbaiki kualitasnya. Sebab sebagai media berkemajuan yang menjadi suluh bagi perempuan Indonesia, SA tidak akan padam.

Suara 'Aisyiyah merupakan media yang menjadi saksi gerakan perempuan di Indonesia. Pada miladnya yang ke-95 tahun ini, SA mengambil tema “Meneguhkan Literasi Perempuan Berkemajuan”. Tema tersebut mengandung harapan SA akan semakin terus berusaha membangun kesadaran literasi bagi kaum perempuan Indonesia. Bersamaan dengan milad tersebut, SA meraih penghargaan rekor MURI sebagai majalah perempuan Islam tertua yang berkesinambungan terbit sejak tahun 1926

Pimpinan Perusahaan Suara Aisyiyah, Khusnul Hidayah menyampaikan, terdapat beberapa ikhtiar SA dalam menghadapi tantangan zaman, yakni dengan menerbitkan SA dalam bentuk digital yang akan diluncurkan pada bulan Oktober ini. Tidak hanya itu, SA juga akan meningkatkan citranya di dunia maya.

“Melalui media sosial SA serta pelatihan kepenulisan, (diharapkan) dapat meningkat partisipasi warga Aisyiyah serta pembaca untuk berkontribusi di semua lini suara Aisyiyah,” ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement