Jumat 29 Oct 2021 15:17 WIB

175 Juta Dosis Vaksin Telah Disuntikkan di Indonesia

Dunia menilai Indonesia cukup baik dalam mengejar target vaksinasi.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.
Foto: DOk BNPB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengumumkan, lebih dari separuh sasaran vaksinasi di Indonesia telah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19. Guna memenuhi target cakupan vaksinasi nasional pada akhir 2021 yakni 70 persen penduduk Indonesia telah divaksin, pemerintah terus mengupayakan percepatan dan pemerataan vaksin di seluruh wilayah dan pada berbagai kelompok, termasuk kelompok lansia dan remaja yang menjadi prioritas.

Vaksin terbukti menurunkan risiko gejala sakit berat bahkan kematian akibat Covid-19. Pemerintah juga menjamin, semua vaksin yang digunakan di Indonesia aman sehingga masyarakat terus diimbau agar tidak pilih-pilih vaksin.

Dalam Dialog Kamis Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)- KPCPEN, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, 175 juta dosis vaksin telah disuntikkan di Indonesia. Dunia menilai Indonesia cukup baik dalam mengejar target vaksinasi. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang bukan produsen vaksin, Indonesia adalah yang terbaik.

“Kita berharap, vaksinasi pada 2022 mulai menggunakan Vaksin Merah Putih kita,” ujar dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (29/10).

 

photo
Seorang anggota TNI menggendong seorang lansia di Kampung Ciluban, Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor menuju lokasi vaksinasi Covid-19, Rabu (27/10). - (dok. Istimewa)

 

Vaksinasi lansia, menurut Nadia, masih merupakan tantangan. Diketahui, per 21 Oktober 2021, tercatat baru sekitar 36 persen sasaran vaksinasi lansia mendapatkan suntikan dosis pertama.  “Padahal, untuk kelompok ini sudah kita mulai sejak akhir Maret dan mereka memiliki kerentanan tinggi,” tuturnya. 

Adanya mispersepsi dan hoaks, kata Nadia, adalah salah satu kendala utama yang terus berusaha diatasi. Vaksinasi, ujar Nadia, tetap menjadi upaya utama mempertahankan kondisi Covid-19 yang telah  membaik di Tanah Air. 

Berdampingan dengan disiplin protokol kesehatan (prokes) yang tetap menjadi kunci walaupun relaksasi telah dibuka, serta upaya deteksi. “Jangan takut untuk di-testing,” imbau Nadia.

Dia menjelaskan, potensi munculnya gelombang ketiga adalah sebuah keniscayaan. Sebuah publikasi ilmiah telah menyebutkan bahwa pola Covid-19 ini akan menimbulkan beberapa gelombang, dengan lebih dari satu puncak gelombang. 

Baca juga : Studi Ungkap Penerima Vaksin Bisa Tularkan Varian Delta

Saat berhadapan dengan varian Delta, negara-negara dengan cakupan vaksinasi cukup tinggi pun tetap mengalami peningkatan kasus, walaupun kematian dan kesakitannya relatif lebih rendah. Sementara, varian Delta tersebut masih mendominasi di Indonesia. 

“Kita ketahui, pada akhir tahun ada potensi kegiatan-kegiatan masyarakat yang menimbulkan kenaikan kasus karena mobilitas masyarakat meningkat,” ujar Nadia.  Karena itu, dia terus mengingatkan masyarakat agar tidak pernah lengah dan selalu waspada.

Kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan, manusiawi bila masyarakat lelah. Namun pada prinsipnya, pandemi belum selesai, bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga belum mencabut status pandemi. Sehingga, upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan tetap jadi nomor satu.

“Pemerintah memiliki instrumen Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di setiap daerah. Itu seperti gas dan rem, kapan dilonggarkan dan diperketat. Tugas kita cuma satu, patuh,” tegasnya.

Terkait vaksinasi, Dirga menjelaskan, 48 persen penduduk dunia telah divaksin setidaknya satu kali, lebih dari 6 miliar dosis telah disuntikkan. Dari data tersebut kita dapat pelajari bahwa semua merek vaksin efektif terutama untuk mencegah sakit berat dan kematian. Karena vaksinasi tidak mencegah penularan, maka sekalipun sudah lengkap vaksin, masyarakat harus tetap disiplin Prokes guna mendapatkan proteksi lebih optimal.

Dalam rangka mempertahankan level kesadaran dan kepatuhan warga akan Prokes dan vaksinasi, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya Muhamad Fikser menjabarkan, bahwa pihak Pemkot Surabaya bekerja sama dengan TNI Polri juga petugas kesehatan melakukan beragam strategi.

Selain melakukan woro-woro untuk mengingatkan masyarakat setiap pagi, terdapat operasi swab hunter yang berpatroli di kerumunan    masyarakat. Petugas akan melakukan tes swab, vaksinasi bagi yang belum, dan bila hasil swab adalah positif maka yang bersangkutan akan dibawa ke pusat isolasi.

Upaya tersebut terbukti efektif, karena saat ini Surabaya berada pada level 1 PPKM. “Vaksinasi kami dorong hingga level RT RW, bukan hanya vaksinasi terpusat. Hari, waktu dan lokasi penyelenggaraan vaksinasi juga dibuat beragam,” tutur Fikser. 

Petugas juga melakukan upaya jemput bola untuk memastikan vaksinasi kelompok lansia. Dia mengatakan, pengendalian pandemi berbasis aplikasi yang dijalankan di Kota Surabaya dinilai sangat memudahkan petugas di lapangan.

Baca juga : Coba Lapangan Latih JIS, Anies: Nyaman Sekali

Salah satunya aplikasi lawancovid-19 yang berisi data terkait penanganan Covid-19, juga aplikasi berisikan rekapitulasi vaksinasi yang dapat digunakan petugas untuk   menganalisis situasi hingga tingkat kecamatan atau kelurahan. “Termasuk nama-nama warga, agar petugas dapat menyisir di lapangan,” ujar Fikser.

PeduliLindungi juga telah terpasang di semua instansi pemerintahan kota, semua kegiatan dilakukan asesmen untuk melihat apakah berpegang pada Prokes. "Ini tanggung jawab semua stake holder untuk terlibat penuh, termasuk sosialiasi Prokes pada masyarakat,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement