Kamis 28 Oct 2021 15:19 WIB

Eksistensi Bahasa Indonesia di Hari Sumpah Pemuda

AICIS membuat posisi bahasa Indonesia semakin kuat di dunia Internasional.

Suasana Museum Sumpah Pemuda, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/10). Pada peringatan Sumpah Pemuda ke 93 kali ini, Museum sumpah pemuda masih melakukan penutupan sementara layanan kunjungan untuk umum. Biasanya museum ini ramai dikunjungi warga pada peringatan sumpah pemuda 28 Oktober. Hari sumpah pemuda ke 93 kali ini mengambil tema Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh.Prayogi/Republika
Foto:

Perkembangan bahasa Indonesia yang begitu pesat menjadikan bahasa Indonesia tidak hanya dipelajari di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, bahasa Indonesia semakin kokoh dengan ditambahnya berbagai regulasi terutama dari Kemenag membuat orang asing belajar ke Indonesia. Pada tahun 2017 terdapat 6.967 orang mahasiswa asing yang belajar di Indonesia (ristekdikti.go.id). Mereka berasal dari Timor Leste, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Jerman, China, Belanda, Perancis, Australia.

Sementara itu, mahasiswa asing yang kuliah di PTKI pada tahun 2021 (UIN Surakarta, UIN Jakarta, UIN Tulungagung) berasal dari Thailand, Filipina, Turki, Uzbekistan, Mesir, Sudan, Libya, Maroko, Afrika Selatan, Gambia, Palestina, Ethiopia, Yaman, Siria, Turki, Arab Saudi, Afghanistan, India, Malaysia, Thailand, Filipina, Jepang, Turkmenistan, Azerbaijan, Kazakhstan, Rusia, dan Madagaskar. Mahasiswa asing yang belajar bahasa dan budaya Indonesia di PTKI tidak hanya berasal dari mahasiswa asing yang kuliah di PTKI setempat, tetapi juga ada dari latar belakang profesi di luar kampus. Dengan semakin banyaknya mahasiswa asing yang belajar di PTKI menunjukkan bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang asing sehingga bisa membangun peradaban dunia serta fungsi bahasa yang heuristik dan referensial bisa terlaksana dengan baik.

Bahasa Indonesia dapat mendukung dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Halliday menggunakan istilah heuristik dalam menjelaskan fungsi bahasa untuk memperoleh pengetahuan untuk belajar tentang lingkungan, sementara itu Jakobson menggunakan istilah referensial dalam menjelaskan bahwa dengan bahasa seseorang belajar mengenal segala sesuatu dalam lingkungan, baik agama, moral, kebudayaan, adat-istiadat, teknologi, dan ilmu pengetahuan.

Fungsi bahasa Indonesia yang semakin mantab tersebut membuat posisi bahasa Indonesia semakin kuat, terutama dalam memberikan kontribusi pada peradaban dunia. Peluang tersebut ditangkap Kemenag dalam memberikan kontribusi untuk membangun peradaban dunia, bisa  melalui bahasa Indonesia.

Maka dengan hadirnya AICIS yang kali ini mengangkat tema “Islam in a Changing Global Context: Rethinking Fiqh Reactualizing and Public Policy” diharapkan muncul pemikiran-pemikiran Islam di Indonesia dapat menjadi referensi global karena banyak pakar di Indonesia dalam bidang reaktualisasi fikih (Republika, 27/10). Tema besar tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bidang sesuai dengan kepakaran masing-masing presenter yang terdiri dari akademisi PTKI, para peneliti, serta ilmuwan dari berbagai negara seperti Iran, Arab Saudi, AS, Inggris, Turki, Korea Selatan, dan Malaysia.

Dengan hadirnya ajang AICIS yang dalam presentasinya banyak menggunakan bahasa Indonesia telah mengantarkan bahasa dan budaya Indonesia semakin dikenal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan demikian akan semakin mendukung banyaknya mahasiswa asing yang belajar ke Indonesia; beberapa dosen PTKI dipercaya untuk mengajar bahasa, budaya, mengenalkan Islam (peradaban) ke luar negeri sehingga bahasa dan budaya Indonesia serta Islam yang moderat semakin dikenal oleh masyarakat dunia; beberapa dosen PTKI juga bisa melakukan penelitian bahasa Indonesia ke luar negeri. Itu semua membuat bahasa dan budaya Indonesia yang halus, sopan, dan santun juga semakin dikenal, terutama mengenalkan Islam yang moderat kepada masyarakat dunia.

Fungsi heuristik dan referensial bahasa dalam membangun peradaban dunia bisa diterima dengan baik oleh semua masyarakat dunia. Dari AICIS tahun ini, kita bisa belajar untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri dan tamu yang terhormat di negara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement