REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memerintahkan seluruh jajaran TNI untuk selalu mewaspadai potensi lonjakan kasus akibat meningkatnya mobilitas masyarakat, pelaksanaan pembelajaran tatap muka, serta libur Natal dan Tahun Baru. Hal itu Hadi sampaikan saat memimpin pelaksanaan rapat internal secara daring terkait penanganan pandemi bersama para Kepala Staf Angkatan, Pejabat Utama Mabes TNI dan Mabes Angkatan, para Pangkotama, serta Komandan Satuan, Selasa (26/10).
"Seluruh jajaran TNI diperintahkan untuk berkomunikasi, berkoordinasi dan berkolaborasi dengan selurah pihak terkait di daerah untuk menyiapkan perencanaan dan antisipasi yang baik menghadapi Natal dan Tahun Baru," kata Hadi dalam keterangannya, Selasa.
Hal ini, sambung Hadi, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas sehari sebelumnya. Atas dasar itulah, ia meminta seluruh jajaran TNI untuk terus mengawal kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan.
"Disiplin protokol kesehatan merupakan senjata utama dalam penanganan pandemi. Terbukti pada negara-negara maju yang lengah dalam menerapkan protokol kesehatan yang ketat, terjadi lonjakan kasus gelombang ketiga dan keempat," tegasnya.
Selain itu, Hadi mengungkapkan, vaksinasi Covid-19 juga menjadi fokus jajaran TNI, khususnya di wilayah aglomerasi serta daerah tujuan mudik ataupun wisata. Kemudian, wilayah yang akan menjadi tuan rumah kegiatan-kegiatan besar, dan provinsi yang capaian vaksinasinya masih kurang.
Tidak hanya itu, Hadi menyebut, jajarannya juga akan menangani vaksinasi kepada para pelajar dan lansia. Sebab, capaian vaksinasi kepada pelajar dan lansia belum mencapai target yang diharapkan.
"Waktu yang ada kurang dari dua bulan sebelum Natal dan Tahun Baru (Nataru) harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mengoptimalkan vaksinasi tersebut," ujarnya.
Disamping itu, Hadi pun meminta kepada seluruh jajaran TNI untuk mengoptimalkan upaya-upaya yang ada agar Indonesia tidak mengalami gelombang ketiga. "Kalaupun Indonesia tidak dapat menghindari gelombang ketiga tersebut, setidaknya bukan merupakan gelombang tsunami yang dapat menyebabkan lonjakan angka kematian dan tingkat keparahan pasien seperti yang lalu," ungkapnya.