Rabu 06 Oct 2021 00:03 WIB

Isu Komunisme dan Persaingan di TNI

TNI dan komunisme ibarat seteru abadi, sehingga tak mungkin dapat berangkulan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Lambang PKI dan Kantor Pemuda Rakyat di serbu massa seusai peristiwa G30SPKI. Komunisme berserta ajaran Marxisme dan Lenimisme kemudian di larang di Indoneisa.
Foto:

Di sisi lain, pengkaji geopolitik dan Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) Hendrajit berusaha menangkap makna di balik tuduhan Gatot. Ia menilai tuduhan Gatot soal penyusupan komunisme ke tubuh TNI memang tak punya argumentasi kuat, meski teror komunisme tak bisa dilupakan begitu saja.

"Tanpa bermaksud mengabaikan tragedi yang dialami bangsa kita pada September 1965, sinyalemen pak Gatot terkait penyusupan komunis ke TNI  sama sekali tidak kontekstual," ujar Hendrajit.

Hendrajit menganalisa, konteks tuduhan Gatot lebih kepada persaingan di tubuh TNI, utamanya TNI AD. Menurutnya, persaingan ini berlangsung berkepanjangan.

"Kalau mau bicara tentang konflik internal yang laten di internal Angkatan Darat dari semenjak merdeka sampai sekarang, justru antara eksponen Kodam Diponegoro, Kodam Siliwangi dan Kodam Brawijaya," ungkap Hendrajit.

Hendrajit menjelaskan, ada sesuatu yang sensitif di alam bawah sadar para perwira tiga Kodam tersebut. Yaitu pola pikir PETA atau tentara didikan Jepang, dan pola pikir KNIL atau tentara didikan Belanda. Persaingan yang bertumpu pada isu tersebut kemudian dibungkus dalam persaingan antara kubu Diponegoro vs Siliwangi, khususnya di masa Presiden Soeharto.

"Maka, menarik ketika ada pertanyaan dari petinggi TNI kepada pak Harto ihwal peta politik TNI kala itu. Pak Harto dengan enteng jawab: 'saya kira masih sama kayak dulu. Siliwangi itu PSI, Brawijaya itu PNI, dan Diponegoro itu PKI,'" ujar Hendrajit mengutip kata-kata Soeharto.

Oleh karena itu, Hendrajit memandang persaingan di internal TNI lebih nyata ketimbang antara faksi komunis vs non-komunis. "Artinya dari pemetaan beliau itu, pak harto mau bilang dua hal. Pertama, beliau di atas semua faksi itu. Kedua, konflik internal di TNI itu sejatinya ada. Tapi tidak sesederhana antara komunis vs non komunis," katanya.

Hendrajit menceritakan, pernah terjadi pertarungan faksi di TNI AD dalam kasus PRRI PERMESTA. Kemudian pada pemberontakan DI/TII  juga diwarnai konflik internal antara para perwira Siliwangi eksponen KNIL dan anti laskar, dan para perwira PETA yang pada dasarnya bersimpati pada laskar.

"Hanya saja karena basis DI/TII di Jabar, maka Siliwangi lah yang berperan dalam penumpasan," ucap Hendrajit.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement