Ahad 03 Oct 2021 21:37 WIB

FSGI Dorong Peningkatan Pengawasan PTM Terbatas di Sekolah

Pengawasan untuk memastikan PTM terbatas di sekolah tidak menjadi klaster Covid-19.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) - Heru Purnomo
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) - Heru Purnomo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mendorong peningkatan pengawasan protokol kesehatan di sekolah-sekolah yang telah pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Pengawasan untuk memastikan PTM terbatas di sekolah tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19 sehingga pelaksanaan PTM terbatas bisa terus berlanjut.

"Pengawasan seperti ini dimaknai untuk meminimalisir adanya sekolah sebagai penyebaran virus Corona sehingga mampu mengendalikan seandainya ada di sekolah-sekolah yang kemudian siswa terpapar kemudian menjadi klaster baru," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo saat dihubungi, Ahad (3/10).

Baca Juga

Heru mengatakan, sejauh ini pelaksanaan PTM terbatas di sekolah-sekolah sudah semakin baik, dibandingkan sebelumnya. Karena itu, pengawasan perlu terus ditingkatkan untuk meminimalisasi kelengahan-kelengahan dalam penetapan protokol kesehatan yang menjadi penyebab penularan Covid-19 di sekolah.

"Kelengahan itu harus diminimalisir, tapi jika di sekolah ada siswa yang terindikasi Covid-19 maka siswanya langsung dilacak kemudian perlu ada pelayanan kesehatan, lalu sekolah diistirahatkan sebentar, sehari atau dua hari, selanjutnya PTM harus tetap berjalan," kata Heru.

Heru juga menyampaikan aspirasi sejumlah guru di daerah agar PTM terbatas yang sudah berjalan baik ditingkatkan intensitas pertemuannya. Ia mengungkapkan, usulan peningkatan pertemuan  dari semula empat jam pelajaran dan hanya satu pertemuan setiap hari, diharapkan bisa lebih ditingkatkan.

Menurutnya, hal ini untuk membiasakan masyarakat menjalankan PTM terbatas sebagai adaptasi kenormalan baru. Selain itu, jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) tetap dipertahankan akan menjadi kendala bagi efektivitas pembelajaran siswa.

"Karena pada dasarnya tatap muka terbatas ini sebagai adaptasi kenormalan baru, sehingga ketika pembelajaran tatap muka terbatas masih memang sebatas untuk pertemuan yang sangat minim, itu akan tetap bisa menjadi potensi memperluas atau semakin luasnya potensi learning loss," kata Heru.

Karena itu, ia berharap tambahan pertemuan diikuti kewaspadaan peningkatan protokol kesehatan dengan ketat agar masyarakat lebih terbiasa. Heru mengatakan, pelaksanaan PTM terbatas di beberapa daerah seperti DKI Jakarta juga semakin intensif.

Menurutnya, sekolah-sekolah yang semula melaksanakan PTM terbatas baru 610 di tahap pertama, selanjutnya ditingkatkan menjadi di 2.110 sekolah. "PTM yang tahap 3 itu sedang berjalan pelatihannya dan nanti ketika ini berjalan, tentunya akan semakin banyak kemungkinan lebih dari 2.000, sehingga 2000 sekian plus 2000 sekian nanti akan menjadi lebih banyak," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement