REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Partai Golkar dan PDIP diprediksi kuat akan berkoalisi pada Pilpres 2024.
Pengamat Politik dari Populi Center, Usep S Ahyar, mengamati Ketua Umum Golkar Airlangga Hartanto mulai memberi sinyal ingin berkoalisi dengan PDIP di Pilpres 2024. Dia menganggap opsi koalisi PDIP-Golkar berpeluang besar terjadi.
Airlangga mengungkapkan kedekatan hubungan Golkar dan PDIP pada Rabu (29/9). Hal itu disampaikannya saat menyerahkan langsung surat yang berisikan nama Lodewijk F Paulus sebagai wakil ketua DPR kepada Ketua DPR Puan Maharani. Dia mengklaim PDIP dan Golkar selalu satu suara di parlemen.
Sepekan sebelumya, Airlangga bertemu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang namanya selalu moncer dalam tiap survei Pilpres 2024.
Mungkinkah ini sinyal duet keduanya di Pilpres 2024? Usep menganggap sinyal-sinyal dari Airlangga pastinya tengah ditinjau PDIP.
"Dia (Airlangga) kirim kode ke mana-mana kok. Termasuk pertemuan dia kemarin dengan Pak Ganjar. Saya kira bukan kebetulan," kata Usep kepada Republika.co.id, Kamis (30/9).
Usep menilai duet PDIP-Golkar di Pilpres 2024 sangat mungkin terjadi. Kedua partai lawas itu sudah berkoalisi di Pilpres 2019.
Namun Golkar pernah memilih berkoalisi dengan Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2014 melawan Capres dari PDIP Joko Widodo.
Sehingga PDIP mesti waspada dengan manuver partai berlambang pohon beringin itu. "Itulah kepiawaian Golkar dalam berpolitik, pandai melihat peluang dan momentum," ujar Usep.
Selain itu, Usep menilai Airlangga tengah menimbang posisi sebagai Cawapres. Menurutnya, Airlangga harus ikhlas turun target dari keinginan menjadi Capres bila merujuk elektabilitas yang tak kunjung naik drastis.
"Sangat mungkin (jadi Cawapres). Karena PDIP dalam beberapa hal lebih unggul, misal suara atau elektabilitas tokoh-tokoh di PDIP yang lebih baik dari Airlangga," ujar Usep.
Hanya saja, Usep memandang elite Golkar belum siap mengumumkan opsi tersebut karena masih mengalkulasinya. Adapun Airlangga juga tampaknya masih ingin berikhtiar.
"Untuk saat ini sepertinya pilihan paling pas (jadi Cawapres). Tapi biarlah pak Airlangga konsolidasi di internal Golkar dan berusaha menaikan elektabilitasnya terlebih dahulu," ucap dosen di Universitas Serang Raya tersebut.
Dalam sejarah, Golkar dan PDIP sebenarnya pernah menjadi rival di era Orde Baru. Kala itu Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri lantang menentang berkuasanya Soeharto selaku "kader" Golkar. Alhasil, PDIP jadi sasaran penguasa Orde Baru.
Memang benar kata pepatah bahwa tak ada lawan dan kawan yang abadi dalam politik. Hari ini musuh, besok bisa jadi kawan. Kini, PDIP dan Golkar akrab serupa kawan lama.
"Kalau zaman orba kan semua harus restu soeharto, bahkan dua partai politik lain harus diatur pemangku kekuatan politik utama waktu itu," ungkap Usep.
Di sisi lain, Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira enggan menanggapi wacana duet PDIP-Golkar di Pilpres 2024. Ia berdalih bahwa partai berlambang banteng itu sedang fokus membantu pemerintahan Joko Widodo menangani pandemi.
"Di PDIP, belum bicara soal Pilpres. Kita kerja bantu Pemerintah dulu menghadapi Covid-19," kata Andreas.
Anggota Lembaga Komunikasi dan Informasi (LKI) DPP Partai Golkar, Justino Djogo, mengatakan dukungan terhadap Ketua Umum Airlangga Hartarto menjadi kandidat Calon Presiden pada Pilpres 2024 harus terus dikapitalisasi.
Sehingga publik semakin percaya bahwa Menko Perekonomian ini adalah figur memang kapabel, kompeten, kredibel dan memiliki prestasi di setiap jabatan politik untuk menjadi Capres 2024.
"Ketum Partai Golkar Airlangga terbukti memiliki kiprah yang tak sedikit di peta kinerja pemerintah Indonesia, sehingga memberikan nilai positif di mata publik," kata Justino dalam keterangan pers, Kamis (10/6).