Kamis 30 Sep 2021 16:44 WIB

BPIP Tunggu Persetujuan Presiden Jadikan Pancasila Mapel

Mapel Pancasila nanti akan menggunakan buku terdiri dari 70 persen teori 30 praktik

Rep: Flori sidebang/ Red: Gita Amanda
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan, saat ini pihaknya bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy tengah membahas rencana memasukkan Pancasila sebagai mata pelajaran tersendiri pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. (ilustrasi).
Foto: Rumah Zakat
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan, saat ini pihaknya bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy tengah membahas rencana memasukkan Pancasila sebagai mata pelajaran tersendiri pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan, saat ini pihaknya bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy tengah membahas rencana memasukkan Pancasila sebagai mata pelajaran tersendiri pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Menurut dia, rencana tersebut hanya tinggal menunggu keputusan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Sedang kami bahas sama Pak Menko, yaitu akan menjadikan kembali Pancasila sebagai mata pelajaran dari Paud hingga ke perguruan tinggi. Ini tinggal tunggu teken Presiden,” kata Yudian dalam acara ‘Peringatan 61 Tahun Pidato Bung Karno di PBB’ secara daring, Kamis (30/9).

Yudian menjelaskan, mata pelajaran (Mapel) Pancasila nantinya bakal menggunakan buku yang terdiri dari 70 persen teoritis, dan 30 persen praktik. Dia mencontohkan, pengetahuan secara teoritis itu, seperti siapa penggali Pancasila, kapan dan di mana rapat perumusan Pancasila, dan sebagainya.

“Nanti termasuk peraturan perundang-undangannya, sehingga menjadi Pancasila misalnya sebagai falsafah negara, Pancasila sebagai ideologi negara, Pancasila sebagai pemersatu, itu tanda petik kognitif atau pengetahuan teoritis,” ujarnya.

Sementara itu, sambung dia, buku yang akan digunakan dalam mata pelajaran Pancasila itu juga berisi mengenai praktik keteladanan dari para tokoh sejarah hingga masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Tujuannya, jelas Yudian, untuk mengajak para anak didik menampilkan keteladanan tokoh-tokoh tersebut.

Ia mengungkapkan, selain mencakup tokoh-tokoh yang sudah ada dalam sejarah Indonesia, seperti Bung Karno dan Bung Hatta, buku itu juga akan menghadirkan masyarakat di tiap daerah yang menunjukkan keteladanan Pancasila. Misalnya, Yudian menyebut, masyarakat yang ikut menangani pandemi Covid-19, hingga perbaikan ekonomi di pedesaan.

“Jadi keteladanan nanti didalam buku ini lebih ditampilkan pada lokalitas masing-masing. Jadi kalau orang di Maluku nanti baca Pancasila itu tokoh-tokohnya banyak yang dari Maluku, yang akan mereka bicarakan di dalam kelas. Bagaimana orang Maluku muncul sebagai seorang Pacasilais. Nanti di Aceh juga begitu,” papar dia.

“Walaupun seperti yang saya katakan, tetap dari atas ada tokoh-tokoh utama itu dalam sejarah ada, yang diharapkan juga kita adil, tapi tidak menutup pintu bagi yang belum muncul. Jadi teladan Pancasila akan selalu hadir karena itu menyangkut detik nafas kehidupan kita. Jadi siapapun di situ bisa jadi teladan Pancasila,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement