Jumat 24 Sep 2021 16:45 WIB

Tangis Haru Nenek Asih di Hadapan Sang Pangdam

Secera spontan Pangdam mengusap air mata yang membasahi pipi keriput sang nenek.

Rep: Djoko Suceno/ Red: Ilham Tirta
Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Agus Subiyanto, menyapa nenek Asih (90 tahun) yang tinghal seorang diri di Kampung Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Foto: dok. Pendam Siliwangi
Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Agus Subiyanto, menyapa nenek Asih (90 tahun) yang tinghal seorang diri di Kampung Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Laju sepeda motor yang ditumpangi Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Agus Subiyanto dan rombongan terhenti ketika melintas di sebuah rumah sederhana di Kampung Suntenjaya RT 01 RW 10, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kamis (23/9). Setelah motornya berhenti, pandangan jenderal bintang dua ini tertuju pada seorang nenek yang tengah duduk di teras rumahnya seorang diri.

Nenek Asih (90 tahun) yang tengah melamun tampak terkejut ketika Pangdam Siliwangi menyapanya. Meski terkejut, nenek Asih yang tinggal seorang diri di rumah bercat biru itu tetap duduk lantaran kedua kakinya sudah tak mampu berdiri untuk menopang tubuhnya.

Melihat kondisi tubuh sang nenek yang lemah, Mayjen Agus pun langsung mendekatinya. Mantan Komandan Paspampres ini menyapa sang nenek dengan bahasa Sunda. "Damang Nek?" kata jenderal kelahiran Kota Cimahi ini.

Percakapan keduanya dengan menggunakan bahasa Sunda yang fasih berkisar soal kehidupan dan kondisi kesehatan sang nenek. Sudah bertahun tahun, janda tua ini hidup seorang diri di rumahnya tersebut.

Untuk kehidupan sehari-hari, ia mendapat bantuan dari anak-anaknya yang berada di kampung lainnya. Para tetangga sang nenek, juga memiliki rasa kepedulian.

Setelah berbincang-bincang dengan nenek Asih, Mayjen Agus langsung memgambil dua kantong plastik berisi paket sembako. Mendapat bantuan sembako dari Pangdam, nenek yang mengenakan baju hitam motif bunga dengan rok warna merah ini langsung mengucap syukur. Kedua tangannya menengadah ke atas kemudian diusapkan ke wajahnya.

Arir mata sang nenek pun membasahi pipinya yang sudah keriput. "Alhamdulillah. Nuhun… nuhun,’’ ucap sang nenek sambil mengangguk-angguk.

Usai menyerahkan paket sembako, tangan kiri sang jenderal kemudian menarik amplop berisi uang di saku baju kanannya dan diserahkan kepada sang nenek. Nenek Asih sudah tak bisa berkata-kata, hanya air mata yang terus berurai. 

Nene Asih tinggal seorang diri lantaran anak-anaknya sudah berkeluarga. Setelah menyerahkan amplop, secera spontan Pangdam mengusap air mata yang membasahi pipi keriput sang nenek.

“Mak dicandak ka rumah sakit hoyong, (Nek dibawa ke rumah sakit, mau?),” ucap Pangdam dengan bahasa Sunda yang fasih.

Mendapat tawaran itu, nenek Asih tak memberikan jawaban. Ia hanya menyampaikan kondisi fisiknya. Usai memberikan bantuan kepada sang nenek, Pangdam pamit untuk melanjutkan perjalanan meninjau vaksinasi Covid-19 di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement