Rabu 22 Sep 2021 15:14 WIB

Psikolog: Mantan Pencabul Anak tak Boleh Masuk TV-Youtube

Mendukung pencabul anak tampil di TV-Youtube langgengkan praktik kekerasan seksual.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Pedangdut Saipul Jamil telah bebas dari penjara setelah menjalani masa hukuman terkait kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur dan kasus korupsi.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pedangdut Saipul Jamil telah bebas dari penjara setelah menjalani masa hukuman terkait kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur dan kasus korupsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto mengingatkan bahwa mantan narapidana kejahatan seksual anak tidak boleh tampil di televisi atau bahkan Youtube karena berpotensi ditonton oleh anak-anak. Menurut dia, menayangkan konten tentang mantan narapidana kejahatan seksual anak seperti Saipul Jamil, termasuk pada penyalahgunaan televisi dalam mengelola frekuensi publik.

"Karena siapapun yang mendukung SJ tampil di TV itu berarti mereka melanggengkan praktik kekerasan seksual di Indonesia. Ketika orang itu mendukung dan membiasakan hal tidak benar, berarti mereka mendukung," kata Kasandra.

Baca Juga

Kalau memang mau mengundang Saipul, menurut Kasandra, stasiun TV-nya dapat membuat konten dewasa dan khusus diputar untuk kalangan dewasa saja. Namun, selama di lokasi syuting ada anak dan selama kontennya juga masih bisa ditonton oleh umum maka prinsipnya tidak boleh.

"Begitupun di Youtube, nggak boleh juga," kata Kasandra dalam program Newstory Republika.

Tampilnya pedangdut Saipul Jamil di televisi juga berpotensi besar menyakiti hati korban dan membangkitkan traumanya. Tak hanya korban Saipul Jamil, korban kekerasan seksual secara umum juga berisiko akan terganggu psikisnya.

"Korban itu kan akan mengalami trauma, trauma itu akan muncul kembali ketika menonton si pelaku. Apalagi korban melihat seorang pelaku yang mendapatkan glorifikasi dan selebrasi sedemikian rupa, yang menunjukkan seolah-olah yang bersalah adalah korban. Dan tentu ini akan menyakiti orang banyak khususnya korban," jelas Kasandra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement