Rabu 22 Sep 2021 10:34 WIB
Sikapi Kekerasan terhadap Nakes di Papua

Forum Solidaritas Kemanusia Minta Pemerintah Bentuk TPF

Perang kita adalah melawan Covid, bukan sesama bangsa Indonesia

Sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) turun dari helikopter milik TNI AD di Lapangan Frans Kaisepo Makodam XVII Cenderawasih, Kota Jayapura, Papua, Jumat (17/9/2021). Sembilan dari 11 tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang yang menjadi korban penyerangan KKB pada Senin (13/9/2021) di evakuasi ke Jayapura untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Marthen Indey, Kota Jayapura.
Foto: ANTARA/Indrayadi TH
Sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) turun dari helikopter milik TNI AD di Lapangan Frans Kaisepo Makodam XVII Cenderawasih, Kota Jayapura, Papua, Jumat (17/9/2021). Sembilan dari 11 tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang yang menjadi korban penyerangan KKB pada Senin (13/9/2021) di evakuasi ke Jayapura untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Marthen Indey, Kota Jayapura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) menyesalkan aksi kekerasan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Papua, yang mengakibatkan seorang tenaga kesehatan (nakes) meninggal dan dua nakes perempuan lainnya mengalami kekerasan seksual. Peristiwa penyerangan Puskesmas Kiwirok dan rentetan kekerasan sebelumnya tidak dapat dilihat sebagai kejahatan kriminal biasa.

"Kekerasan terhadap nakes itu amat disesalkan terutama di saat masyarakat Indonesia dan Papua sangat membutuhkan tenaga kesehatan, terutama saat menghadapi pandemi," kata anggota pengarah FSK, Nursyahbani Katjasungkana, melalui dalam keterangan tertulisnya.

FSK berharap pemerintah pusat dan pemda mengambil tindakan yang perlu untuk menjaga keamanan tempat-tempat pelayanan publik yang esensial seperti Puskesmas, RS, praktek dokter serta tempat layanan publik lainnya. FSK mendorong dibentuknya tim pencari fakta (TPF) untuk mengusut kekerasan di Kiwirok. 

"Sebabnya, awal mula peristiwanya masih samar sehingga harus terjawab tuntas. Ada dugaan aksi pembakaran itu pecah setelah adanya baku tembak antara KKB dengan aparat," kata Nursyahbani.

Nursyahbani menyatakan laporan TPF nantinya dapat menjadi dasar bagi pemerintah pusat bersama pemda Papua untuk membuka kembali dialog demi menyelesaikan persoalan Papua. Menurutnya, TPF penting untuk menghindari segala macam spekulasi yang menimbulkan misleading information and action atas kekerasan tersebut. 

TPF bisa dibentuk terdiri dari perwakilan pemerintah, perguruan tinggi, kelompok independen, dan LSM Papua serta Komnas HAM/perwakilan Papua dan Komnas Perempuan. Dengan demikian bisa diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi sampai dengan kekerasan terhadap nakes/puskesmas Kiwirok. 

Pengurus bidang media dan komunikasi FSK, Hani Fibianti menambahkan aksi kekerasan KKB terhadap nakes, apapun alasannya, tidak dapat ditoleransi. Terlebih di tengah situasi pandemi. FSK berdiri di belakang nakes sebagai ujung tombak penanganan Covid-19 di Tanah Air dan mendukung semua upaya penegakan keadilan dan keamanan. 

Pada kondisi seperti ini, Hani menyatakan, situasi kondusif dan persuasif harus dilakukan oleh semua pihak. Termasuk masyarakat agar berbagai tindakan promotif, preventif maupun kuratif yang dilakukan nakes dan semua pihak terkait penanganan Covid-19 dapat dilaksanakan dengan baik. “Kami mendukung semua tindakan berdasarkan hukum yang tidak memihak yang dilakukan Pemerintah dan aparat agar peristiwa ini tidak terjadi lagi,” ujarnya.

Oleh karena itu, FSK mendukung Pemerintah dan aparat untuk segera menyelesaikan kejadian ini dengan penegakan hukum yang tidak memihak serta melindungi dan mendukung nakes di manapun bertugas. “Yang terpenting lagi adalah kita masyarakat berdiri di belakang nakes untuk mendukung semua kegiatan mereka. Ini penting bagi nakes untuk mereka tidak merasa sendiri dalam pengentasan pandemi ini," ujarnya.

"Perang kita adalah melawan Covid dan bukan sesama bangsa Indonesia,” katanya lagi menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement