REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mendorong petani jagung dan peternak ayam petelur bekerja sama membentuk korporasi untuk mengendalikan harga jagung.
"Kami sedang usulkan supaya harga jagung untuk pakan ternak lebih murah dan bisa terpotong margin secara langsung melalui kerja sama petani jagung dan peternak ayam petelur bermodel korporasi," ujar Pelaksana Tugas Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung Kusnardi, Jumat (17/9).
Dia mengatakan dengan kerja sama tersebut dapat saling menguntungkan kedua belah pihak, yang mana pasokan jagung petani dapat terserap dengan harga yang memadai, peternak pun mendapatkan pakan.
"Harga jagung pabrik memang sempat di atas harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp5.800 per kilogram secara nasional, karena permintaan tinggi dari negara lain, namun memang saat ini mulai dikendalikan menjadi Rp 4.500 per kilogram," katanya.
Menurutnya, dengan harga yang ditetapkan Rp 4.500 per kilogram sudah ideal dan petani pun sudah mendapat keuntungan. "Sekarang jagung basah Rp 4.000 per kilogram, kalau diolah sekitar Rp 5.000 per kilogram ini paling mahal, untuk harga Rp 4.500 per kilogram ini cukup ideal petani tidak rugi, peternak ayam pun tidak terlalu mahal membeli pakan," ujar dia.
Hal serupa juga dikatakan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung Lili Marwati. "Pastinya juga ada kenaikan harga pakan yang diakibatkan karena naiknya harga jagung, tapi masih bisa diatasi," ujar Lili.
Ia menjelaskan upaya mengatasi hal tersebut salah satunya telah dilakukan koordinasi secara langsung antara asosiasi Pinsar Petelur Nasional (PPN) Lampung dan Koperasi PPN Lampung berjaya dengan para peternak ayam petelur.
"Lampung masih bisa diatasi karena peran dari asosiasi PPN Lampung dan Koperasi PPN Lampung Berjaya yang saling berkoordinasi bersama anggota peternak ayam petelur," katanya.