Kamis 16 Sep 2021 09:40 WIB

Kendaraan Listrik, Jabar Gandeng University of Nottingham

Jabar telah punya Perda terkait penggunaan kendaraan listrik dan bauran EBT pada 2025

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Dua mobil listrik diparkir di halaman rumah dinas Gubernur Jawa Barat, Gedung Pakuan, Kota Bandung, usai diserah terimakan, Selasa (29/12). Mobil listrik tersebut rencananya akan dipakai sebagai salah satu kendaraan dinas Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat di tahun depan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Dua mobil listrik diparkir di halaman rumah dinas Gubernur Jawa Barat, Gedung Pakuan, Kota Bandung, usai diserah terimakan, Selasa (29/12). Mobil listrik tersebut rencananya akan dipakai sebagai salah satu kendaraan dinas Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat di tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan University of Nottingham UK. Kerja sama tersebut dilakukan, terkait penurunan emisi di bidang transportasi lewat konversi ke kendaraan listrik dan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, penggunaan kendaraan listrik di Jabar masih tahap awal. Sehingga, perlu pasokan listrik dari jenis energi baru terbarukan.

Baca Juga

"Ini bagian dari mitigasi Jabar bahaya gas efek rumah kaca," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam siaran persnya, Rabu petang (16/9).

Emil mengatakan, Jabar telah memiliki Perda No 2 tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah yang menargetkan penggunaan kendaraan listrik 500 ribu unit dan bauran EBT 20,1 persen pada 2025.

"Kami sangat menyambut sumber daya dan pengetahuan dari University of Nottingham untuk membantu Jawa Barat. Bagaimana kita bisa berkolaborasi dan membawa model masyarakat yang fokus pada green economy," paparnya.

Dalam LoI kerja sama mencakup pengembangan model usaha stasiun pengisian kendaraan listrik, implementasi kendaraan listrik dan pemanfaatan energi terbarukan. Kemudian, peningkatan kapasitas aparatur negara sebagai bagian upaya Pemda Prov Jabar menurunkan emisi gas rumah kaca.

Emil berharap kerja sama dengan University of Nottingham dapat  membantu pengembangan green economy di Jawa Barat. Jabar, berkomitmen membuat kebijakan yang bisa mempermudah penelitian di bidang lingkungan hidup.

"Jadi kami berharap setelah penandatanganan ini kami ingin melihat kemajuan penelitian," katanya.

Sejalan dengan LoI, Emil bersama Presiden RI Joko Widodo pada hari yang sama meletakkan batu pertama proyek pembangunan pabrik baterai listrik di Kabupaten Karawang. Ini adalah pabrik baterai listrik terbesar di Asia dengan nilai investasi 1,1 miliar dolar AS yang dapat mendukung pengembangan kendaraan listrik.

"Banyak berita baik yang mau saya bagikan, pertama beberapa jam yang lalu, saya menemani Presiden Joko Widodo untuk memulai groundbreaking untuk 1,1 miliar dolar AS untuk pabrik baterai listrik yang pertama dan terbesar di Asia," katanya.

"Ini akan dilakukan dua tahun jadi mudah-mudahan pada tahun 2023 Indonesia akan memproduksi baterai listrik sendiri untuk EV (electricity vehicle)," imbuhnya.

Sementara menurut Presiden Nottingham of University Professor Shearer West CBE, sebagai sebuah universitas global menyambut baik kerja dengan Pemprov Jabar. Ini adalah bagian upaya bersama menyelesaikan masalah terbesar dunia yakni perubahan iklim.

Dibekali riset berkelas dunia dari tiga kampusnya, Universitas Nottingham memiliki sumber daya riset yang dapat membantu Jabar mengembangkan infrastruktur kendaraan listriknya.

Awal tahun ini proyek Global Challenge Research Fund oleh Nottingham yang dikepalai oleh Dr Bagus Muljadi berkolaborasi dengan Jabar, telah membantu mendesain dan mengembangkan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu juga membantu meningkatkan pengertian akan batasan dan target reduksi karbon melalui adopsi kendaraan listrik.

Pada bulan Agustus, Nottingham berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik dengan menyusun rekomendasi kebijakan terkait regulasi keamanan berkendaraan listrik.

"Nottingham akan terus berkolaborasi dengan Jawa Barat dalam mengembangkan program pelatihan, dan capacity building yang dapat mendukung reduksi emisi karbon di sektor transportasi," katanya.

Sementara menurut Asisten Professor Universitas Nottingham Dr Bagus Muljadi, kolaborasi antara Universitas Nottingham dan Pemprov Jabar adalah bentuk nyata diaspora akademik Indonesia di perguruan tinggi Inggris Raya dalam memfasilitasi transfer teknologi antara Indonesia dengan negara-negara sahabat.

"Dalam upaya pemenuhan Net-Zero emission target, Indonesia dengan sumber tenaga panas bumi, mineral untuk baterai, dan lahan gambut yang melimpah memiliki peran dominan di dunia," katanya.

Sementara itu, Minister Counsellor Hartyo Harkomoyo mengatakan, penandatanganan kesepakatan ini merupakan bukti bahwa Indonesia dan Inggris terus bekerja sama dengan erat untuk memperkuat prioritas riset nasional dan SDM Indonesia.

Hartyo berkeyakinan, kedua pihak akan melanjutkan kesepakatan ini untuk hasilkan kegiatan konkret sesuai target yang diharapkan.

Selain itu, kata dia, kedua pihak juga akan bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait dan diaspora Indonesia, khususnya para ilmuwan. KBRI London akan terus memfasilitasi Pemda Provinsi Jabar dan Universitas Nottingham dalam mengimplementasikan kesepakatan ini.

Menurut Hartyo, kolaborasi antara pemerintah dan akademik diharapkan mampu menurunkan emisi karbon pada bidang transportasi yang saat ini didominasi oleh energi fosil. Sebagai informasi, bauran energi listrik Jawa Barat saat ini terdapat 34 persen energi baru terbarukan.

“Maka dari itu pembangunan infrastruktur yang dekat dengan masyarakat terutama generasi muda diharapkan mampu mendorong pola konsumsi energi ke arah yang lebih berkelanjutan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement