Rabu 15 Sep 2021 17:04 WIB

Sekolah Dibuka, Belajar Daring Jangan Berhenti

pengembangan sistem pendidikan secara daring jangan lantas berhenti.

Petugas kebersihan membersihkan akrilik pembatas meja belajar di SMA 81 Jakarta Timur, Senin (13/9/2021). Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta berencana menambah jumlah sekolah yang menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sebanyak 1.500 pada (27/9).
Foto:

Oleh : Bilal Ramadhan, Redaktur Republika.co.id

Bagaimana dengan di Jakarta? Kesulitan teknologi pun dialami anak-anak yang tinggal di daerah permukiman padat. Umumnya mereka tidak memiliki gadget pendukung belajar daring karena keterbatasan dana. Bahkan tak jarang dalam sebuah rumah, hanya ada satu ponsel yang dipakai bergantian beberapa anak untuk belajar daring.

Penggunaan paket data untuk belajar daring juga menjadi masalah. Paket data yang dibutuhkan untuk belajar daring selama lebih dari lima jam per hari dibutuhkan uang untuk membelinya. Keberadaan Wifi publik juga belum menjadi solusi.

Bagi guru, PTM juga bisa dikatakan telah ‘mengakhiri’ masa-masa jenuh mereka selama mengajar daring. Selama ini, sistem pendidikan di Indonesia belum mendukung dalam melaksanakan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh. Mengenyam pendidikan ya berarti harus belajar di sekolah.

Padahal pendidikan, sejatinya, bukan merupakan sebuah ruang, tapi sebuah sistem. Selama ini pendidikan terjebak dalam sebuah ruang yang dinamakan sekolah. Sedangkan belajar harusnya bisa dimana saja, tak melulu harus di sekolah. Lubang-lubang kelemahan sistem pendidikan di Indonesia akhirnya terungkap selama pembelajaran daring ini.

Guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan metode pembelajaran. Jangan kan pengembangan metode pembelajaran, guru untuk belajar ‘melek teknologi’ pun  sudah membuat lelah. Mengajar praktis pun akhirnya diterapkan dengan memberikan tugas kepada siswa. Akibatnya, tak jarang kita kerap mendengar keluhan orang tua yang anaknya hanya diberikan tugas yang menumpuk dari gurunya.

Sejumlah pakar memberikan solusi dari ketimpangan pembelajaran daring dengan menggunakan metode blended learning.  Sistem ini memungkinkan guru dan siswa menjalani proses belajar-mengajar secara dua arah. Guru tak hanya terus menerus ceramah, akan tetapi siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Misalnya siswa membuat observasi di lingkungan sekitar atau membuat project yang memungkinkan untuk dilakukan di rumah.

Dengan sekian banyak masalah dalam belajar daring, embusan ‘kebebasan’ sudah terlihat di depan mata. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, pada Senin (13/9) menyatakan optimismenya kegiatan PTM di sekolah akan terus bertambah.

Saat ini memang baru 610 sekolah yang menggelar PTM dan bukan tidak mungkin akan bertambah menjadi 1.500 sekolah dan akan semakin banyak lagi ke depannya. Riza juga menyebut  ada rencana membuka PTM setiap hari karena banyaknya pelajaran yang perlu dikejar para siswa dan siswi selama masa pandemi.

Dengan sekolah yang sudah dibuka, pengembangan sistem pendidikan secara daring jangan lantas berhenti. Guru-guru yang telah belajar untuk mengembangkan metode pendidikan secara daring juga bisa terus dikembangkan. Jangan sampai kembali ke masa-masa siswa harus selalu menatap papan tulis dan mendengarkan guru berceramah.

Misalnya, di sela-sela pembelajaran, guru bisa memberikan permainan daring seperti Quizizz yang memungkinkan siswa untuk membuka permainan melalui ponsel mereka. Guru juga bisa membuat kelas virtual seperti di Gather Town, sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.

Saat ini pun papan tulis virtual juga sudah bisa didapatkan misalnya dengan menggunakan aplikasi Jamboard, yang tak hanya guru yang dapat mengisi papan tulis tersebut, siswa juga bisa terlibat dengan mengisinya. Bahkan siswa bisa lebih kreatif dengan menambahkan gambar-gambar dan foto yang mendukung pembelajaran. Guru pun senang mengajar, siswa pun bahagia belajar.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement