Jumat 10 Sep 2021 03:57 WIB

Ganjil-Genap tidak Pengaruhi Okupansi Hotel di Puncak

Okupansi hotel di kawasan Puncak berada di angka 50 persen.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Gita Amanda
Situasi lalu lintas di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor selama uji coba ganjil-genap. Pemberlakuan ganjil genap tak pengaruhi tingkat okupansi hotel di Puncak.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Situasi lalu lintas di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor selama uji coba ganjil-genap. Pemberlakuan ganjil genap tak pengaruhi tingkat okupansi hotel di Puncak.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor telah menggelar uji coba ganjil-genap kendaraan bermotor di kawasan Puncak, pada akhir pekan lalu. Diterapkannya ganjil-genap tersebut tidak mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke hotel.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor, Boboy Ruswanto. Boboy memaparkan, okupansi hotel di kawasan Puncak berada di angka 50 persen.

Baca Juga

Menurutnya, angka yang dicapai pada akhir pekan itu masih baik. Serta tidak ada penurunan okupansi. “Sejauh ini tingkat kunjungan masih cukup bagus weekend kemarin ketika berlaku ganjil-genap. Belum ada penurunan okupansi, masih mencapai 50 persen,” kata Boboy melalui telepon selulernya, Kamis (9/9).

Boboy menilai, uji coba ganjil-genap yanh diterapkan pada kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kepadatan lalu lintas di kawasan Puncak. Tetapi, dia menegaskan, PHRI Kabupaten Bogor akan selalu mendukung kebijakan pemerintah. Selama hal itu tidak berpengaruh langsung terhadap kunjungan wisatawan dan pemulihan sektor ekonomi.

“Posisi kami akan selalu mendukung kebijakan pemerintah asalkan kebijakannya tidak berpengaruh pada pemulihan sektor usaha pariwisata,” tegasnya.

Senada dengan Boboy, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak, Teguh Mulyana mengakui, uji coba ganjil-gebap yang diterapkan pada akhir pekan lalu tidak  berpengaruh terhadap kepadatan lalu lintas di Jalur Puncak.

“Kendaraan roda empat atau dua tetap ramai apalagi pas hari Sabtu dan Minggu,” ucapnya.

Kendati demikian, sambung dia, para pelaku usaha dan pedagang di kawasan wisata Puncak akan tetap mendukung kebijakan yang dibuat pemerintah. Namun, jika kebijakan yang dibuat malah membuat masyarakat merasa kesulitan, hal itu akan segera disampaikan.

“Kami hanya mengikuti aja peraturan. Kalau sukses dilanjutkan, kalau malah memperparah nanti akan disampaikan kepada yang membuat peraturan. Tiga tahun yang lalu sempat ada solusi dari Kementerian Perhubungan dengan metode 2-1 di Jalan Raya Puncak. Setelah dipraktekkan ternyata malah semakin macet dan akhirnya dihentikan,” ujarnya.

Menurut Teguh, solusi terbaik yang bisa diterapkan di Jalan Raya Puncak yakni one way yang kerap diberlakukan untuk mengatasi kepadatan lalu lintas. Sebelum adanya inovasi atau kebijakan lebih besar, yang bisa mengatasi persoalan kepadatan di Jalur Puncak.

“Jalur Puncak harus selalu ada inovasi untuk yang lebih baik. One way atau satu jalur adalah yang masih solusi terbaik. Kalau ganjil genap menjadi salah satu solusi lebih baik mungkin yang terbaik, tapi kalau jadi masalah mungkin harus dievaluasi,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement