Jumat 27 Aug 2021 08:17 WIB

Memori tentang KH Ahmad Dahlan di Majalah Pandji Masjarakat

KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai pembaharu Islam.

Memori tentang KH Ahmad Dahlan di Majalah Pandji Masjarakat. KH Ahmad Dahlan dengan para siswa di Langgar Kidul Kauman, Yogyakarta. Di sini para haji sekaligus lulusan sekolah di Makkah dan merupakan abdi dalem kraton menjadi pelopor pergerakan Islam moderen.
Foto:

Jalan memperkenalkan perubahan, atau lebih tepatnya pembaruan, dalam hal pemikiran dan praktik beragama umat Islam telah dibentangkan Kyai Dahlan sejak masa ini. Puar menyebut beberapa contoh usaha penting Kyai Dahlan, seperti mengoreksi arah kiblat di masjid-masjid di Yogyakarta dan mendorong agar menjelang puasa dan berhari raya umat Islam menggunakan hisab falaki. Kedua hal ini untuk ukuran masa itu adalah suatu terobosan, baik karena baru bagi publik maupun lantaran tentangan dari para ulama lainnya terhadap perubahan pemahaman agama semacam itu.

Kedua, sejarah kelahiran ide pembaruan di dunia Islam dan bagaimana gagasan sampai ke Indonesia, yang kemudian salah satunya diwujudkan dalam bentuk persyarikatan Muhammadiyah. Puar secara ringkas melacak sejarah pembaruan Islam selama setidaknya tujuh abad terakhir, termasuk dari masa Ibnu Taimiyah (1263-1328) (‘seorang ahli agama dan ahli hukum Islam jang banjak musuhnja, karena berani menantang pelbagai bid’ah jang timbul dalam agama Islam’, tulis Puar), Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1877) di Jazirah Arab hingga ke masa paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang menyaksikan kiprah tiga tokoh pembaru Islam terpenting, Jamaludin al Afghani (1838-1897), Muhammad Abduh (1849-1905), dan Rasyid Ridha (1865-1935).

Ide tentang pembaruan Islam lalu masuk ke Indonesia. Puar menyebut bahwa sebelumnya, kondisi umat Islam Indonesia ‘statis’ lantaran pemahamannya telah bercampur dengan kebiasaan lama. Masuknya pemikiran pembaruan Islam telah membawa Islam Indonesia ke arah yang lebih dinamis. Ini tampak dari kehadiran dari golongan yang dikenal sebagai Kaum Muda, baik di Jawa dan terutama sekali di Sumatra.

Pemikiran tentang pembaruan Islam itu tidak berhenti di gagasan. Puar menyebut tentang penjelmaan dari pemikiran itu dalam bentuk berbagai organisasi Islam, khususnya di dekade-dekade awal abad ke-20. Ia menyebut beberapa contohnya, seperti Sarekat Dagang Islam (yang lalu menjadi Sarekat Islam), Muhammadiyah, Al-Irsyad, Wal Fajri, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, Sumatra Thawalib, Al-Jami’atul Washliyah, dan Musyawaratul Thalibin.

Tentang peranan K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam memajukan umat Islam Indonesia, Yusuf Abdullah Puar menulis: ‘Muhammadijah “anak kandung” K.H.A. Dahlan menuruti garis lurus jang telah digoresi dari semula menudju kepada pembangunan pembaruan agama Islam di Indonesia, sampai sekarang ini, terutama dalam membanteras bid’ah dalam peribadatan, mengikis habis churafat dan tachajul dalam ketauhidan, sementara dalam beramal dan beribadat tidak bertaklid buta kepada alim ulama, membanteras pemakaman djenazah dengan pesta2 besar, membanteras penebusan dosa dan pengiriman pahala kepada dan bagi seseorang jang telah meninggal dunia dsbnja’.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement