Rabu 25 Aug 2021 09:06 WIB

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Kategori Awas dan Siaga

85 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Kategori Awas dan Siaga
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Kategori Awas dan Siaga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis dengan kategori Awas dan Siaga di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko menyebutkan potensi kekeringan meteorologis tersebut berdasarkan monitoring Hari tanpa Hujan (HTH) dengan kategori sangat panjang (31- 60 HTH) dan ekstrem panjang (lebih 60 HTH).

Baca Juga

"Kategori Awas berpotensi di Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa), Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Alor, Kabupaten Belu, Kabupaten Flores Timur, Kotamadya Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Timur)," ujar Urip dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (24/8).

Wilayah dengan kategori Siaga dengan potensi kekeringan meteorologis berada di Jawa Timur (Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Situbondo), Bali (Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem), Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Lombok Timur), Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, Kabupaten Sumba Barat).

Urip melaporkan beberapa wilayah di NTB dan NTT telah mengalami HTH dengan kategori sangat panjang dan ekstrem panjang. Kemudian, daerah yang mengalami HTH sangat panjang berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT.

Wilayah yang mengalami HTH ekstrem panjang meliputi Lape (110), Soromandi (137), Wawo (84) Provinsi NTB dan wilayah Atambua/Motabuik (104), Bakunase (137), Balauring (74), Batuliti (125), Boentuka (91), Boru (79), Busalangga (61), Camplong (118), Fatubesi (136), Fatukmetan (65), Fatulotu (115), Kamanggih (135), Mamsena (94), Mapoli (137), Melolo (122), Naioni (118), Oemofa (136), Oepoi (138), Rambangaru (133), Solor Selatan (136), Stamet Mali (79), dan Wairiang (135) Provinsi NTT.

"Dengan mengacu pada monitoring kejadian hari kering berturut-turut di atas dan prediksi akan peluang hujan rendah (<20 mm/10 hari) terdapat indikasi potensi kekeringan meteorologis," kata Urip.

Dia menjelaskan dampak kekeringan meteorologis biasanya diikuti antara lain berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga dan pertanian serta meningkatnya potensi kebakaran semak, hutan, lahan, dan perumahan. "Sehubungan dengan hal tersebut, informasi ini bisa dijadikan kewaspadaan dan pertimbangan untuk melakukan langkah mitigasi dampak ikutan dari kekeringan meteorologis," ujar Urip.

Berdasarkan pantauan BMKG hingga akhir Agustus 2021, hasil monitoring perkembangan musim kemarau 2021 menunjukkan 85 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement