Rabu 25 Aug 2021 07:48 WIB

Survei: Masyarakat Rela Bayar Lebih untuk Produk Lestari

Sebanyak 62,9% responden survei mengaku pernah membeli produk berkelanjutan.

Belanja di swalayan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Belanja di swalayan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar konsumen di Tanah Air memiliki kesadaran mengenai pentingnya kelestarian lingkungan. Mereka bahkan ingin membeli produk berkelanjutan meskipun harus merogoh kocek lebih dalam. Hal ini tergambar dari temuan Survei Katadata Insight Center (KIC) “Katadata Consumer Survey on Sustainability” yang publikasikan Selasa (23/8). 

Survei yang merangkum pendapat 3.631 responden dari seluruh Indonesia itu menunjukkan bahwa tingkat kesetujuan konsumen untuk membayar lebih tinggi/mahal mencapai skor 6,54 (skala 10). 

“Konsumen memang sensitif dengan harga, namun skor di atas 6 ini cukup menggembirakan,” kata Head of Katadata Insight Center, Adek Media Roza, dalam webinar SAFE Forum 2021 yang diselenggarakan Katadata. 

Skor yang lebih tinggi diberikan oleh responden pada pernyataan “membeli produk berkelanjutan karena dianggap menguntungkan” (7,91) dan “bersedia membeli produk yang dibuat oleh merek/perusahaan yang diyakini memiliki gerakan cinta lingkungan & Kesehatan” (7,61).

Lebih lanjut, Adek mengatakan, harga produk memang menjadi pertimbangan penting yang dikemukakan 66% responden. Namun, sebanyak 82,7% menyatakan kebutuhan/kegunaan barang merupakan yang utama. Selanjutnya, faktor yang menjadi pertimbangan adalah kualitas/rasa/bahan (53,4%) dan ulasan pelanggan (28,1%), yang terkait dengan meningkatnya tren belanja online

Survei ini juga mengungkap bawah 74,5% konsumen pernah berbelanja secara daring, meski aktivitas belanja dengan berkunjung ke lokasi penjualan tetap dilakukan. Adapun yang hanya berbelanja dengan mengunjungi toko/pasar/mall/supermarket dalam tiga bulan terakhir hanya mencapai 24,5% responden. 

Sebanyak 62,9% responden survei mengaku pernah membeli produk berkelanjutan. Dari kelompok responden ini, 56,7% membeli makanan, diikuti produk rumah tangga (47,8%) dan pakaian (37,4%). “Lalu apa alasan mereka membeli produk-produk tersebut? Ternyata 60,5% konsumen ingin berkontribusi dalam melestarikan bumi, selanjutnya adalah suka/puas menggunakan produk ramah lingkungan (41,3%),” ujar Adek.

Adapun dari kelompok 37,1% responden yang belum pernah membeli produk berkelanjutan atau ramah lingkungan beralasan bahwa produk tersebut tidak tersedia di sekitar lingkungan mereka (50,8%) dan kurang mendapat informasi tentang produk berkelanjutan (44,0%). “Nah, ini adalah peluang bagi pelaku industri. Produsen hendaknya memastikan ketersediaan produk, karena pasarnya ada,” Adek menambahkan.

Ia juga mengatakan, selain ketersediaan, perlu sosialisasi dan edukasi pentingnya penggunaan produk berkelanjutan. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil riset ini yang menunjukkan bahwa responden yang pernah mendengar istilah “produk berkelanjutan” dan mengetahui maknanya umumnya membeli produk berkelanjutan. Responden yang tidak memahami makna “produk berkelanjutan” biasanya tidak tahu apakah barang yang mereka beli adalah produk berkelanjutan atau bukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement