Jumat 13 Aug 2021 16:05 WIB

PDIP Heran Giliran Puan Pasang Baliho Jadi Heboh

PDIP menilai, banyak politisi lain juga memasang baliho demi elektabilitas pilpres.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Baliho kepak sayap kebhinekaan Puan Maharani terpasang di Jalan Wates, Yogyakarta, Rabu (11/8). Beberapa baliho Puan Maharani di Yogyakarta terpasang di sudut Kota Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Baliho kepak sayap kebhinekaan Puan Maharani terpasang di Jalan Wates, Yogyakarta, Rabu (11/8). Beberapa baliho Puan Maharani di Yogyakarta terpasang di sudut Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Arteria Dahlan mempertanyakan kehobohan yang hadir dari baliho yang menampilkan Ketua DPR Maharani. Padahal sebelumnya, banyak baliho-baliho yang bergambar politikus yang secara gamblang meningkatkan elektabilitas untuk pemilihan presiden (Pilpres).

"Heboh banget ya kalau Mba Puan pasang? Padahal sebelumnya sudah banyak pula yang pasang. Padahal sebelumnya sudah banyak juga yang main-main medsos yang diksinya langsung mengarah ke pencalonan presiden," ujar Arteria saat dihubungi, Jumat (13/8).

Baca Juga

Ia pun mengungkit sosok-sosok yang sebelumnya sudah aktif mempromosikan dirinya untuk Pilpres lewat baliho dan media sosial. Namun ketika tujuannya tak tercapai, mereka balik mengomentari orang lain.

"Begitu mereka kalah panggung, isunya digeser ke yang lain. Bawa-bawa mengatasnamakan rakyatlah, padahal baliho-baliho yang dan medsos yang sempat diviralkan kemarin kurang apa tendensinya ke Pilpres," ujar Arteria.

Ia menegaskan bahwa pemasangan baliho yang menampilkan Puan tak ada kaitannya dengan kepentingan elektoral. Sehingga, survei-survei yang mengaitkan baliho dengan elektabilitas Puan dinilainya tak tepat.

"Keliru yang mengaitkan baliho dengan kepentingan elektoral. Kalau baliho Mbak Puan dari awal memang tidak ditujukan dan sama sekali, tidak ada kaitannya dengan kepentingan elektoral," ujar Arteria.

In Picture: Baliho Politisi di Tengah Pandemi

photo
Foto kolase baliho sejumlah politisi terpasang di kawasan Depok, Jawa Barat dan DKI Jakarta, Rabu (11/8). Maraknya baliho sejumlah politisi di ruang publik tidak terlepas dari kontestasi politik pemilihan presiden pada 2024 mendatang dengan memanfaatkan baliho sebagai medium yang dianggap efektif untuk memperkenalkan diri kepada publik. Namun keberadaannya ditengah masa pandemi ini tidak selalu ditanggapi positif bagi masyarakat. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Kader-kader yang memasangkan baliho bergambar Puan juga tak bertujuan untuk mendongkrak elektabilitasnya. Pendapat para pakar dan pengamat politik pun dinilainya tak tepat ihwal baliho tersebut.

"Makanya jangan berburuk sangka, tidak usah tanya sama konsultan politik dan pakar-pakar yang ahli di marketing politik. Kita sangat paham instrumen-instrumen untuk meningkatkan elektabilitas itu apa saja, pastinya bukan baliho," ujar anggota Komisi III DPR itu.

Elektabilitas Ketua DPR sekaligus Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani mengungguli Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Pemasangan baliho menjadi salah satu hal yang berdampak kepada elektabilitas keduanya.

Namun, berdasarkan survei Charta Politika yang melakukan simulasi terhadap 10 nama yang berpotensi menjadi calon presiden, Puan dan Airlangga berada peringkat buncit. Puan dengan elektabilitas sebesar 1,4 persen dan Airlangga sebesar 1,0 persen.

"Ternyata ketika diuji di 10 nama berada di peringkat bawah, ada Puan 1,4 persen dan Airlangga 1 persen," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya dalam rilis daringnya, Kamis (12/8).

Elektabilitas Puan dan Airlangga bahkan kalah dari nama-nama yang tidak memasang baliho di banyak daerah. Tepat di atas Puan ada nama Menteri BUMN Erick Thohir dengan 1,8 persen dan Menteri Sosial Tri Rismaharini dengan 3,6 persen.

"Kita lihat 10 nama, Ganjar Pranowo berada di tingkat pertama 20,6 persen, Anies Baswedan menyusul 17,8 persen, Prabowo 17,5 persen," ujar Yunarto.

photo
Pernyataan kontroversial Puan Maharani soal Sumbar - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement