Jumat 06 Aug 2021 07:00 WIB
Renungan Kasus Akidi Tio

Mengapa Pejabat & Tokoh Masyarakat Mudah Ditipu Angin Surga?

Renungan kasus Akidi Tio dan mudah tertipunya pejabat dengan angin surga kepalsuan

Denny JA
Foto:

Oleh : Denny JA, Kolumnis/Akademisi/Konsultan Politik

Kita sedih hati di Indonesia ini, mereka yang terpapar Covid-19 per hari pernah mencapai 50.000 dan itu terbesar di dunia. 

Alhamdulilah di era ini ada yang mau menyumbangkan 2 triliun rupiah. Itu adalah kisah yang baik. 

Juga kisah yang baik adalah orang yang menyumbang Rp 2 triliun ini bahkan tidak dikenal oleh para pejabat dan tokoh di tempat ia tinggal. Kesimpulannya karena tokoh ini begitu tak ingin menonjolkan diri. 

Ia sudah banyak membantu namun tak ingin disebut namanya. Bantuannya anonim. Ia tak dikenal. Inilah contoh orang yang punya kapasitas tapi ia rendah hati, tidak mau menonjolkan diri. 

Ini juga hal yang baik. Orang yang punya resources besar tapi rendah hati. 

Yang baik lagi ketiga adalah ia punya dana 2 triliun rupiah tapi lihatlah rumahnya. Rumahnya tak menggambarkan orang yang punya dana sebanyak itu. Rumahnya kelas menengah biasa saja. 

Tapi kesimpulan kita saat itu adalah orang ini begitu sederhana. Ia kaya raya. Jika  2 triliun saja bisa ia sumbangkan pastilah ia menyimpan dana lebih dari itu. Tapi Ia orang yang sederhana.

Tiga hal itu adalah kisah-kisah baik dan tidak mustahil terjadi.  Dalam sejarah, keajaiban itu selalu mungkin terjadi. Orang-orang yang berhati mulia itu selalu datang dan pergi. 

-000-

Lalu sekarang mengenai hal-hal janggal yang kurang kita eksplor. Hal yang seharusnya menjadi bahan check & recheck agar kita tak mudah tertipu. Apa datanya? 

Data pertama. Jika benar orang ini punya dana lebih dari 2 triliun rupiah dan ia orang baik, pastilah orang baik membayar pajak. 

Dengan sendirinya, orang yang punya dana di atas 2 triliun akan menjadi berita dan masuk dalam list minimal 200 orang-orang pembayar pajak terbesar karena dananya lebih dari 2 triliun rupiah. 

Tapi namanya tak ada dalam daftar pajak terbesar. Dan kita menutup mata pada data ini. 

Data kedua yang juga seharusnya kita eksplor. Mereka yang punya bisnis dan penghasilan serta kekayaan sehingga bisa menyumbang 2 triliun rupiah pastilah juga mereka mengembangkan bisnis dalam skala yang besar. 

Tak ada bisnis skala ecek-ecek bisa menghasilkan 2T. Dengan sendirinya, jejak bisnis besar seharusnya ada, hidup. 

Ia pasti juga punya karyawan yang minta ampun banyaknya. Apalagi jika ini terjadi pada orang-orang masa silam yang belum padat teknologi, sudah pasti padat karya. 

Tapi di mana bisnisnya itu? Tak ada yang tahu. Kita mengembangkan isu pernah ada pabrik di sana atau di sini, tapi semua itu tidaklah menjadi bagian bisnis yang sangat kuat gaungnya.

Apa yang  bisa membuat kita percaya bahwa orang ini memang punya dana besar?

Itulah data kedua yang seharusnya juga kita kembangkan. 

Apalagi ada data ketiga yang kita dapatkan dari Polda Sumsel sendiri. Ia mengatakan bahwa ini putri yang sama pernah juga menyampaikan hoaks serupa. 

Pernah juga melakukan satu tindakan yang tercatat juga diklasifikasi sebagai hoaks. 

Tiga data ini tidak begitu kita eksplor mungkin karena niat baik kita pada kebajikan. 

Akibatnya kita pun mudah tertipu dan mudah sekali kita membuat orang menjadi pahlawan dan seminggu kemudian menjadi pesakitan. Terlalu mudah kita kerjakan itu. 

-000-

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement