Ahad 01 Aug 2021 05:02 WIB

KSP: Nakes Mulai Kelelahan Lakukan Contact Tracing

Pemberdayaan warga di lingkungan terdekat jadi solusi untuk bisa memperkuat tracing.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Nidia Zuraya
Petugas kesehatan membarikan tanda tabung sample lendir  usai melakukan tes usap PCR COVID-19 kepada warga di Lokasi Swab PCR Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta, Jumat (23/7).Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas kesehatan membarikan tanda tabung sample lendir usai melakukan tes usap PCR COVID-19 kepada warga di Lokasi Swab PCR Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta, Jumat (23/7).Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kantor Staf Presiden (KSP) menemukan sebagian besar tenaga kesehatan (nakes) mulai mengeluhkan kelelahan terutama dalam melakukan contact tracing Covid-19 selama masa pandemi yang berkepanjangan ini. Temuan ini berdasarkan serangkaian verifikasi lapangan di empat provinsi di Pulau Jawa.

“Puncak pandemi pada bulan Juni-Juli kemarin membuat kami kelelahan. Tapi semua nakes di sini sejak awal punya komitmen dan terus semangat, karena kami paling dekat dengan masyarakat sekitar sini,” kata Kepala Puskesmas Wanasari, Kabulaten Bekasi dr. Kristina br. Ginting, saat ditemui tim verifikasi KSP, dikutip dari siaran resmi, Ahad (1/8).

Contact tracing atau penelusuran kontak adalah upaya identifikasi terhadap orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19. Tujuan dari contact tracing adalah pengendalian dan pencegahan laju penyebaran virus dalam skala yang lebih besar.

Upaya ini tidak boleh berhenti walaupun hasil pemantauan terhadap penambahan kasus Covid-19 semakin menurun. Demikian juga masyarakat tidak boleh bersikap permisif dan mulai melonggarkan disiplin protokol kesehatan.

Namun, para tenaga kesehatan menemukan hambatan dalam upaya menekan laju penularan virus. Selain memantau disiplin protokol kesehatan di tingkat RT/RW, para nakes dari puskesmas harus menghadapi kesulitan dalam meyakinkan pasien atau pihak yang memiliki kontak erat dengan pasien agar melakukan tes Covid-19.

“Masih banyak yang menghindar untuk melakukan tes. Kalau sudah begini, mau tidak mau tenaga kesehatan dari puskesmas harus mendatangi mereka dan membujuk mereka satu per satu,” kata Tenaga Ahli Utama KSP, Abraham Wirotomo.

Dari pengamatan di lapangan, jika terdapat 1 orang pasien yang dinyatakan positif Covid-19, maka para nakes akan melakukan upaya contact tracing terhadap setidaknya 15 orang yang pernah melakukan kontak erat.

Sementara itu, sumber daya manusia di puskesmas sangatlah terbatas. Hal ini menjadi salah satu faktor terbesar yang menyebabkan para tenaga kesehatan mengalami kelelahan. Sehingga, tak jarang pihak puskesmas mengandalkan kerja sama dengan para relawan atau inisiatif dari warga RT/RW setempat.

“Pemberdayaan warga di lingkungan terdekat menjadi salah satu solusi untuk bisa memperkuat upaya tracing dan membantu para tenaga kesehatan yang mulai kelelahan. Semakin banyak sukarelawan, akan semakin bagus. Walaupun ini tetap membutuhkan pemantauan dari puskesmas setempat,” imbuh Abraham.

Tracing, testing, dan treatment adalah upaya yang terus diperkuat oleh pemerintah agar Indonesia bisa segera pulih dari pandemi. Selain itu, pemerintah juga perlu menggencarkan program percepatan vaksinasi untuk membentuk herd immunity di masyarakat.

Terkait hal ini, KSP menemukan beberapa sentra vaksin mulai melaporkan persediaan vaksin yang mulai menipis. “Soal stok vaksin ini, Presiden berulang kali menyampaikan untuk segera menghabiskan stok yang ada. Jangan ditahan-tahan. Pemerintah menjamin ketersediaan vaksin akan aman hingga akhir tahun. Memang datangnya bertahap,” lanjut Abraham.

Pemerintah, kata dia, terus mengupayakan untuk memenuhi ketersediaan stok vaksin Covid-19 dengan mendatangkan vaksin dari berbagai jalur. Indonesia pun telah kembali mendatangkan 21,2 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac yang tiba pada Selasa (27/7). Hingga akhir 2021, Pemerintah telah mengamankan 440 juta dosis vaksin Covid-19.

“Namun, kita perlu bersyukur angka kasus positif makin menurun. Antrian pasien di pusat layanan kesehatan juga tidak lagi banyak terlihat. Stok obat dan oksigen pun terpantau terkendali,” ujar Abraham

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement