REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi memimpin rapat koordinasi RSUD se-Sumbar membahas penanganan covid-19 di daerah itu. Dalam forum tersebut, Mahyeldi menyoroti terkait input data pasien, kekurangan SDM, pengadaan oksigen dan pengadaan tambahan peralatan Rumah Sakit.
"Input data dari masing-masing rumah sakit sangat penting untuk menentukan kebijakan dalam penanganan Covid-19. Data itu di antaranya terkait pasien yang dirawat, keterisian tempat tidur hingga kebutuhan oksigen," katanya dalam rapat yang digelar secara virtual di Auditorium Gubernur, Sabtu (31/7).
Terkait kekurangan SDM kesehatan yang dikeluhkan banyak RS dalam penanganan Covid-19, ada dua solusi yang menurutnya sangat memungkinkan. Di antaranya dengan pola perekrutan baru dan kerja sama dengan sekolah-sekolah kesehatan yang ada di Sumbar.
Menurut Mahyeldi, dua solusi ini harus segera dijajaki agar persoalan kekurangan SDM bisa segera diatasi. Ia menyebut beberapa rumah sakit juga mengeluhkan kekurangan peralatan untuk penanganan Covid-19 terutama setelah dilakukan penambahan alokasi tempat tidur untuk mengurangi BOR.
Beberapa daerah sudah berusaha mengantisipasi kekurangan peralatan ini dengan melakukan pengadaan. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan dibolehkan refocusing 8 persen anggaran untuk penanganan Covid-19 di daerah.
Alokasi anggaran itu bisa dimanfaatkan untuk penambahan peralatan dan obat-obatan di Rumah Sakit. Namun untuk pemanfaatannya harus berkonsultasi dengan OPD terkait seperti Inspektorat di kabupaten kota atau provinsi atau bisa juga ke BPKP. "Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan administrasi dalam pemanfaatan dana sehingga bisa berujung pada kasus hukum," ujar Mahyeldi.
Khusus untuk ketersediaan oksigen, Gubernur mengatakan Sumbar telah membentuk Satgas oksigen yang berfungsi untuk memetakan kebutuhan serta distribusi oksigen dari daerah atau provinsi yang bersedia membantu ke Sumbar.
Satgas yang dipimpin oleh asisten II Setdaprov Sumbar itu membawahi Dinas Kesehatan untuk memetakan kebutuhan oksigen dan Dinas Perindustrian dan perdagangan untuk distribusi. "Satgas ini harus bekerja secepatnya sehingga tidak terjadi lagi kekurangan oksigen untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit yang merawat pasien covid," kata Mahyeldi menambahkan.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Arry Yuswandi menginformasikan kepatuhan rumah sakit untuk menginput data di Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online masih kurang yaitu hanya mencapai 76 persen dari 81 rumah sakit yang terdaftar.
Dia meminta Direktur Utama Rumah Sakit untuk memastikan penginputan data tersebut karena data itulah yang menjadi dasar kebijakan bagi pemerintah pusat untuk membantu kebutuhan di daerah dalam penanggulangan covid-19. "Data itu juga digunakan oleh zat gas oksigen Sumbar untuk memetakan kebutuhan oksigen di masing-masing rumah sakit," kata Arry.
Adapun untuk keterisian rumah sakit (BOR) Sumbar secara umum saat ini 76,99 persen. Ada beberapa kabupaten/kota yang sudah masuk kategori merah BOR-nya di atas 80 persen yaitu Kabupaten 50 Kota 100 persen dari 17 tempat tidur yang tersedia. Kota Sawahlunto 92 persen. Meski sudah menambah tepat tidur dari 7 menjadi 25 tetapi karena peningkatan kasus BOR meningkat signifikan.
BOR Kabupaten Agam 91,43 persen dan Kota Padang 84 persen. Khusus Kota Padang bisa dipahami karena banyak pasien yang dirujuk dari daerah sehingga BOR nya menjadi tinggi. Terkait oksigen, gambaran kebutuhan oksigen liquid per hari 506 M3, tabung kecil 100 M3 sehari tabung sedang 56 M3, dan tabung besar 15.650 M3.