Kamis 29 Jul 2021 19:31 WIB

Di luar Jawa-Bali Kasus Tertinggi di Kaltim, Sumbar, Riau

Pemerintah terus memasifkan upaya 3T selama PPKM melalui instruksi kepada Dinkes

Rep: sapto andika candra/ Red: Hiru Muhammad
Seorang pelajar memperlihatkan kartu vaksinasi usai mendapatkan suntikkan vaksin COVID-19 di SMAN 1 Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (14/7/2021). Pemerintah Provinsi Riau bersama Badan Intelijen Negara (BIN) menggelar vaksinasi massal untuk pelajar untuk mendukung serta mempercepat program vaksinasi nasional. ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Foto: ANTARA/Rony Muharrman
Seorang pelajar memperlihatkan kartu vaksinasi usai mendapatkan suntikkan vaksin COVID-19 di SMAN 1 Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (14/7/2021). Pemerintah Provinsi Riau bersama Badan Intelijen Negara (BIN) menggelar vaksinasi massal untuk pelajar untuk mendukung serta mempercepat program vaksinasi nasional. ANTARA FOTO/Rony Muharrman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tiga provinsi, yakni Kalimantan Timur, Riau, dan Sumatra Barat menyumbang angka kumulatif kasus konfirmasi positif tertinggi di luar Jawa-Bali. Sementara untuk periode sepekan terakhir, tiga provinsi yang menyumbang kasus terbanyak di luar Jawa-Bali adalah Kalimantan Timur, Sumatra Utara, dan Riau. Data ini dirilis Satgas Penanganan Covid-19, hanya saja tanpa dilengkapi keterangan rinci terkait angka kasus masing-masing provinsi.

"Pemerintah terus memasifkan upaya 3T selama PPKM melalui instruksi kepada Dinkes untuk masifkan testing dan tracing serta peningkatan aksesibilitas distribusi skala nasional," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Kamis (29/7).

Sementara itu untuk kabupaten/kota yang menyandang asesmen situasi Covid-19 level 3 dan 4, imbuh Wiku, maka hasil rapid test antigen boleh dijadikan sebagai alat dukung klaim diagnosis. Catatannya, penggunaan rapid test antigen dilakukan apabila alat diagnostik berupa PCR test terbatas."Bagi kontak erat wajib melakukan entry dan exit test dan selama hasilnya belum keluar, diwajibkan untuk isolasi," katanya.

Sedangkan terkait peningkatan aksesibilitas alat dan material kesehatan, Wiku melanjutkan, pemerintah mendorong upaya impor untuk pemenuhan daerah perbatasan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek. Namun di sisi lain, ujarnya, pemerintah tetap perlu memasifkan industri dalam negeri agar bisa memenuhi kebutuhan domestik."Yang nantinya akan didistribusikan sesuai prioritas," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement