REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengunjungi Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dan Kota Tangerang pada Selasa (27/7). Tujuannya untuk membahas soal penanganan dan penanggulangan Covid-19 di kedua wilayah yang merupakan penyangga Ibu Kota.
Tito mengevaluasi penanganan Covid-19 yang dilakukan Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie serta Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah. Mulai dari soal angka-angka yang berkaitan dengan perkembangan kasus Covid-19, pelaksanaan testing dan vaksinasi, hingga pemberian insentif bagi tenaga kesehatan (nakes).
Mendagri memberi catatan bagi kedua kepala daerah. Untuk Pemkot Tangsel, Tito menekankan terkait dengan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di rumah sakit di Tangsel yang masih belum mengalami penurunan hingga saat ini.
"Saya memberi catatan khusus mengenai BOR-nya yang masih di atas 90 persen. Hal ini perlu diwaspadai, karena kalau BOR di atas 90 persen, artinya masyarakat kesulitan untuk mendapatkan tempat perawatan," ujar Tito saat ditemui di Pusat Pemerintahan Kota Tangsel, Selasa (27/7).
Oleh karena itu, dia meminta, Pemkot Tangsel untuk menambah kapasitas tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Serta menambah kapasitas tempat tidur di lokasi isolasi pasien Covid-19.
Sementara itu, untuk Pemkot Tangerang, Tito meminta, agar dibentuk tim khusus tracing Covid-19 di wilayah tersebut. Tujuannya, untuk mempercepat menemukan pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG), sehingga upaya penanganan Covid-19 bisa lebih maksimal.
"Melakukan tracing standarnya 15 orang yang di-trace. Siapa saja yang kontak erat dengan yang positif," kata Tito. Sementara terkait BOR di Kota Tangerang disebut telah mengalami penurunan.
Sebelumnya, pada Senin (26/7), Tito juga sempat mengunjungi Kabupaten Tangerang terkait penanganan Covid-19 di daerah tersebut. Dalam kesempatan itu, secara umum Tito memperoleh laporan terkait penerapan PPKM level 4 di Kabupaten Tangerang, perkembangan tingkat positivity rate dan BOR serta fatality rate yang bergerak menurun.
Dia menyebut, Kabupaten Tangerang masuk PPKM level 3, namun karena aglomerasi dengan wilayah Jabodetabek, di wilayah tersebut diterapkan seperti PPKM level 4.
"Karena aglomerasi kedekatan dengan Jabodetabek sehingga Kabupaten Tangerang memasuki level 4, ini dilakukan mengingat Kabupaten Tangerang sangat strategis, sebab memiliki penduduk yang hampir 4 juta. Keberhasilan penanganan di Ibu Kota sangat bergantung pada daerah-daerah satelit seperti Kabupaten Tangerang yang terbesar di aglomerasi Jabodetabek," ujarnya.